Menu

Daya Paksa Argumen

Kita menggunakan argumentum ad judiciam maupun argumentum ad verecundiam, kita tidak dapat memaksa orang lain untuk menerima pendapat kita.  Tetapi, argumen itu sendiri memiliki daya paksa, sehingga jika tidak dengan sukarela, maka orang akan dipaksa oleh kekuatan argumen itu sendiri untuk menerimanya sebagai kebenaran. Dengan demikian, tidak perlu dan jangan memaksa orang lain menerima pendapat kita, karena itu tidak berguna. Jika harus dipaksa, maka biarkan kekuatan argumen itu sendiri yang memaksanya. 

Semua orang , cepat atau lambat akan tunduk pada kebenaran, apakah dengan sukarela atau terpaksa. Karena kebenaran itu memiliki kekuatan untuk memaksa. Misalnya, argumentum ad judiciam yang kebenarannya bersifat mutlak, pastilah membuat orang mengakui dan menerima kebenarannya, entah secara terpaksa atau rela hati. Karena dia tidak dapat menemukan celah untuk menyangkal. Problemnya, kita tidak selalu mampu membantu orang lain untuk mengerti sesuatu sebagai argumentum ad judiciam. Jika kita selalu mampu menunjukan setiap pendapat kita sebagai ad judiciam, niscaya pendapat kita akan selalu diterima dan diakui orang lain, tak perduli apakah dia menerimanya secara terpaksa atau sukarela. Kita tidak memaksa, tidak harus memaksa, bahkan tidak boleh memaksa. Tetapi kekuatan argumen tidak dapat dihadang, tidak bisa ditolak oleh siapapun yang berakal sehat.

Jika pendapat kita merupakan argumentum ad judiciam, namun ditolak oleh orang lain sebagai kebenaran, maka itu artinya orang tersebut bodoh, atau berarti kita bodoh, karena tidak mampu menunjukan pendapat kita sebagai ad judiciam. Dengan kata lain, jika pendapat kita tadi ditolak orang lain, maka dia bodoh atau kita bodoh. Jika pendapat kita benar, sementara kita tidak bodoh dan dia juga tidak bodoh, maka pastilah akan muncul daya paksa dari argumen, yang akan memaksa dia menerima dan mengakui kebenaran pendapat kita.

Seperti setiap api memiliki daya bakar. Akan tetapi, api tidak membakar, apabila kita tidak menyalakannya. Persoalan apinya kecil dan mutu bahan bakarnya jelek sehingga tidak terbakar, bukanlah suatu bukti bahwa api tidak memiliki daya bakar. Demikian pula Setiap argumen yang benar , pastilah memiliki daya paksa. Jika kebenaran itu ditolak atau diingkari, tidaklah menunjukan bahwa argumen tidak memiliki daya paksa.

Walaupun setiap argumen memiliki daya paksa, namun setiap orang juga memiliki daya tolak, sebagai konsekuensi dari kehendak bebas. Dia dapat dipaksa oleh suatu kekuatan argumen untuk menerima dan mengakui suatu kebenaran, namun tidak ada yang dapat mengubah keyakinannya, kecuali keputusannya sendiri. Oleh karena itu, argumen sekuat apapun hanya akan dapat berakhir pada perubahan suatu keyakinan, jika orang telah memutuskan untuk berubah. Keputusan adalah otoritas masing-masing orang. Namun tidak ada orang yang memutuskan untuk mengingkari kebenaran, kecuali karena kekafiran.

Argumen yang memiliki daya paksa itu, bukan saja argumentum ad judiciam, melainkan juga aegumentum ad verecundiam, ad hominem maupun ad ignoratium, walaupun kadar kekuatan daya paksa masing-masing argumen tersebut berbeda. Seperti hal nya api, terdapat perbedaan daya bakar antara api lilin, api kompor, dan api matahari, seperti itu pula perbedaan daya paksa masing-masing jenis argumen. Argumentum ad judiciam menempati posisi pertama, sebagai argumen yang memiliki daya paksa paling kuat.

Walaupun daya paksa argumentum ad judiciam paling kuat, sepeti paling kuatnya api matahari di antara api-api lainnya, akan tetapi saya tidak pernah terbakar oleh api matahari, justru api lilin pernah membakar jari telunjuk saya. Demikian pula, walaupun argumentum ad judiciam adalah argumentasi yang paling kuat, namun bila seseorang setiap harinya dijejali dengan hoax, maka hoax itulah itulah yang akan memaksa dia menerima dan mengakuinya sebagai kebenaran.

Dengan demikian, tidak perlu marah atau kesal saat argumen kita ditolak orang lain, apalagi memaksa orang lain mengakui kebenarannya. Yang penting, sampaikan saja argumen yang harus kita
sampaikan. Besar atau kecil, kuat atau lemah, cepat atau lambat, bila argumen kita benar, maka akan memaksanya mengakui dan menerima kebenaran itu. Dan tentunya kekuatan daya paksa argumentum dapat mengalahkan daya paksa argumentum ad verecundiam.

No comments: