Menu

Kontradiksi Keyakinan

Setiap keyakinan pasti memiliki kontradiksinya. Karena itu, jika suatu keyakinan benar, maka pasti keyakinan yang berlawanan dengannya salah. Pemahaman akan prinsip ini penting, agar kita tidak menganut konsep yang absurd, yang membenarkan semua keyakinan walaupun satu sama lain saling bertentangan. 

Contoh 1 : 
Ada seseorang diduga menderita penyakit jantung, dia membaca di internet bahwa konsumsi obat jantung tidak boleh bersamaan dengan konsumsi buah pisang. Tapi dia ragu dengan kebenaran informasi tersebut, lalu dia bertanya kepada dokter, "dok bolehkah saya makan pisang ?" 

Dokter tersenyum, "Ya boleh kalau suka. Emang kenapa ?" 

"Soalnya saya baca diinternet, obat jantung tidak boleh dikonsumsi barengan pisang, dok. Apa benar ?" tanya nya. 

"Ah.. Enggak.... Selama saya kuliah kedokteran, gak pernah saya diajarin kayak gitu. Makan aja kalau mau." 

Disini terdapat kontradiksi : 
  • A) Setiap obat jantung boleh dikonsumsi bareng pisang
  • I) Sebagian obat jantung tidak boleh dikonsumsi barang pisang

Mustahil dua-duanya benar. Tapi dia tidak dapat melakukan penelitian ilmiah sendiri untuk membuktikan kebenarannya. Karena itu, dia memilh untuk percaya saja bahwa apa yang dikatakan dokter itu benar. Karena tidak ada yang lebih layak untuk dipercayai tentang informasi sesuatu, kecuali pihak yang dianggap ahli di bidangnya. Dengan meyakini bahwa pernyataan dokter tersebut benar, maka tentu saja dia harus meyakini bahwa informasi yang dia dapati di internet keliru. 

Namun, .. Pengalaman berkata lain. Setiap kali dia makan pisang, terjadi gejala yang mengkhawatirkan pada dirinya. Ada sensasi yang tak menyenangkan, bergerak dari tubuh menuju ke arah kepala,  membuat seolah-olah pembuluh darahnya hendak pecah, dan hampir pingsan. Hal itu memang sering terjadi sebelumnya. Namun dia tidak pernah sadar bahwa itu efek dari makan pisang. Tapi setelah mendapati informasi dari internet, dia jadi memperhatikan "apa yang terjadi" setelah makan pisang. Dan gejala yang sama memang selalu terjadi setiap kali dia makan pisang, sehingga menyimpulkan bahwa gejala tersebut terjadi disebabkan oleh kombinasi obat jantung dengan pisang. Lalu dia nya memutuskan untuk berhenti makan pisang. Dan gejala aneh itu tidak lagi terjadi. 

Apa nama gejala yang muncul ? Dia tidak tahu. Sebut saja gejala Y. Di mana gejala Y selalu terjadi, ketika gejala X terjadi. Sementara Y tidak pernah ditemukan lagi, sejak X tidak terjadi. Di mana X adalah mengkonsumsi obat jantung dengan pisang. Dengan demikian, berlandas kepada prinsip kausalitas ilmiah, maka dapat disimpulkan bahwa X merupakan sebab bagi Y.  Dengan demikian, keyakinan dia berubah, yakni yang benar adalah informasi yang dia peroleh dari internet. Dengan meyakini kebenaran proposisi I, maka tidak mungkin lagi membenarkan propsisi A. 

Secara sederhana, sebenarnya dia telah melakukan penelitian kecil bidang ilmiah . Akan tetapi, sebuah hasil penelitian ilmiah yang besar saja, boleh untuk diragukan serta diuji kembali kebenarannya, maka apalagi sekedar penelitian kecil yang berdasar kepada observasi dan eksperimen kecil. Bisa saja ada orang lain yang melaporkan "saya makan obat jantung, dan saya juga makan pisang, tapi saya baik-baik saja." Perlu riset lebih besar untuk mengetahui kebenaran lebih lanjut, mengingat obat jantung itu juga bermacam-macam. Tidak mustahil satu jenis obat jantung bukanlah masalah untuk dikonsumsi bersama pisang, tapi yang lainnya dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian, apabila diantara pembaca ada yang merupakan pasien penyakit jantung, maka tidak perlu untuk begitu saja mempercayai informasi yang ada di internet, tapi lihat, rasakan, amati dan lakukan eksperimen sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik bagi kita. Dan pengalaman akan lebih meyakinkan kita dari pada informasi yang ada di internet.

Contoh 2 :
Ketika tasyahud dalam shalat, ada orang yang suka menggerak-gerakan jari telunjuknya, dan ada pula yang tidak menggerakannya, sehingga  kontradiksinya adalah : 

A) jari telunjuk harus digerak-gerak saat tasyahud 
E) jari telunjuk tidak harus digerak-gerak saat tasyahud

Mungkin tidak kedua keyakinan tersebut benar ? Tidak mungkin. 

Namun ternyata ada seorang imam berijtihad bahwa "menggerakan telunjuk" atau "tidak menggerakan telunjuk" pada saat tasyahud, keduanya boleh.  Dengan demikian, apakah berarti kedua keyakinan di atas sama-sama benar ? Tidak demikian. Jika keduanya boleh, berarti yang benar itu adalah proposisi (E), bukan (A).  Dengan demikian hukum kontradiksi tetap bekerja, tidak lumpuh walaupun pada sesuatu yang disebut dengan "khilafiyah". 

Untuk menjaga kerukunan antara umat beragama, dan antar umat seagama yang beda mazhab, tentu satu sama lain tidak boleh untuk saling menyalahkan. Jangankan dengan seagama beda mazhab, yang beda agama sekalipun kita tidak boleh saling menyalahkan dalam arti berbantah-bantahan. Kita hormati teman-teman kita, walaupun mereka memiliki keyakinan yang kontradiksi dengan kita. 

Contoh 3 : 
Ada artikel yang berjudul : "Perdebatan Mengharukan antara Abu Bakar dengan Fatimah". Dalam kasus ini diungkapkan pertentangan pendapat antara Abu Bakar Shidiq r.a dengan Sayyidah Fatimah r.a tentang Tanah Fadaq. Walaupun kontradiksi, namun ada pihak yang tidak mau menyalahkan salah satunya. Menurut mereka, "Abu Bakar benar, karena beliau adalah sahabat nabi saw yang mulia dan dijamin masuk sorga. Fatimah pun benar, karena beliau adalah putri kesayangan nabi saw." orang-orang ini khawatir berdosa, apabila menyatakan pendapat Fatimah atau Abu Bakar sebagai pendapat yang salah. Padahal imam Ali memberi nasihat, “wahai Harits! Cara berpikirmu itu terbalik, bila engkau melihat sahabat secara lahiriahnya, maka engkau bingung menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Ketahuilah, bahwa kebenaran dan kebatilan itu tidak dapat dikenali dengan kepribadian orang, kenalilah kebenaran itu sendiri, sehingga engkau dapat mengenali juga orang-orangnya. Dan kenali juga kebatilan sehingga engkau dapat mengenali orang-orangnya.”

Kriteria benar-salah bukan karena dia sahabat atau putri nabi, tapi karena sesuai dengan parameternya. Karena itu, jika seseorang meyakini pendapat Sayyidah Fatimah benar, mestilah meyakini bahwa pendapat Abu Bakar salah. Dan sebaliknya. Tidak dapat mengklaim kedua-keduanya benar, kecuali karena gila atau bodoh atau adanya "Pelebur Kontradiksi", yaitu argumen yang menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kontradiksi tersebut sejatinya tidak kontradiksi karena tidak terpenuhinya "Delapan Kesatuan Arti". Tanpa adanya Pelebur Kontradiksi, maka sama sekali tidak ada alasan untuk membenarkan dua keyakinan yang kontradiksi.

No comments: