Menu

Logika Mempermudah Bahasa

Salah satu manfaat mempelajari ilmu logika dapat mempermudah dalam menyampaikan suatu konsep pada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya dengan mudah pula. Dengan demikian meminimalisir kesalah-fahaman. Tetapi, alih-alih menjadi mudah mengerti, terkadang bahasa logika terlihat lebih rumit dan menimbulkan lebih banyak kesalah-fahaman. Hal ini karena tidak selalu mudah untuk mengkonversi bahasa logika ke dalam bahasa sehari-hari yang sederhana, yang bisa dimengerti oleh mereka yang awam.  Sehingga muncul pertanyaan, sebenarnya apakah logika itu mempermudah atau memperumit teknis dalam menjelaskan suatu konsep ? Jawabannya adalah "tentu untuk mempermudah". Tetapi mengapa sebagian orang melihatnya seakan-akan logika mengubah bahasa yang sederhana menjadi lebih rumit ? 

Sebagai contoh, berikut ini pernyataan-pernyataan implikasi tentang gula pasir
----------------------
Tentu kita tidak menyangkal bahwa fungsi gula pasir adalah untuk pemanis makanan atau minuman. Agar kopi terasa manis, perlulah ditambahkan gula pasir. Jika setelah ditambahkan gula pasir ke dalam kopi, tetapi kopi belum terasa manis, itu bukan berarti fungsi gula pasir bukan sebagai pemanis makanan, akan tetapi bisa jadi takaran gula yang ditambahkan kurang banyak. 

Ada implikasi, "jika gula  pasir ditambahkan kepada kopi, maka kopi akan terasa manis". Tapi ternyata pernah terjadi  ; gula ditambahkan kepada kopi, tetapi kopi tidak terasa manis. Itu berarti implikasi tadi bernilai bernilai salah. Dengan demikian, implikasi yang benar adalah "Jika kopi ditambahkan kepada kopi dengan takaran yang cukup, maka pasti kopi akan terasa manis." Ini tidak berarti, jika kopi terasa manis, maka telah ditambahkan gula pasir kepadanya. Karena bisa saja, bukan gula pasir yang ditambahkan kepadanya, melainkan gula merah.

Seandainya, tidak pernah ditemukan kasus di mana gula pasir ditambahkan kepada makanan atau minuman, tetapi makanan dan minuman tersebut tidak menjadi manis rasanya, maka tidak dapat dikatakan bahwa gula pasir merupakan pemanis makanan. Tetapi jika benar, "jika gula pasir ditambahkan pada makanan dengan kadar yang cukup, maka makanan terasa manis", maka dapat dikatakan bahwa gula pasir merupakan pemanis makanan. 
=============== 

Bagi mereka yang telah mempelajari hukum-hukum implikasi, sangatlah mudah mencerna dan menafsir perkataan-perkataan tersebut. Tapi bagi mereka yang awam, pernyataan di atas akan tampak ruwet dan berbelit-belit. . 

Terlihat lebih rumit, karena tidak mengetahui cara bacanya. Jika mengetahui cara bacanya, maka terlihat lebih mudah.  Tetapi saat orang lain tidak dapat mencerna bahasa logika dengan mudah, maka tidak elok bila menyalahkan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak bisa baca bahasa logika, melainkan lebih elok apabila hal itu diakui oleh diri kita sebagai ketidakmampuan dalam memberi penjelasan ke dalam bahasa yang mudah dan sederhana. Karena itu bahasa-bahasa logika yang tampak sangat rumit tadi, sebenarnya dapat diubah kepada bentuk bahasa sehari-hari yang sangat sederhana, akan tetapi menjadi sangat panjang dan memerlukan waktu lebih lama. 

"Logika itu menyederhanakan", bukan "memperumit". Tetapi, untuk dapat membaca ekpresi logika yang pendek dan sederhana itu, kita perlu sedikit belajar tentang aturan-aturannya. Segala pengetahuan itu ada hierarkinya, mulai dari yang sederhana hingga yang terumit. Kerumitan itu hanya masalah tahapan saja, bahwa bila suatu pengetahuan tampak rumit untuk difahami, berarti level pengetahuan tersebut tidak sesuai dengan tahap pengetahuan kita. Karena itu, apabila ada materi ilmu logika yang tampak rumit, itu jangan sampai menyalahkan diri sendiri, menyalahkan kapasitas otak ataupun usia, tetapi materi tersebut hanya belum disesuaikan dengan tahapan pengetahuan kita. Untuk membuatnya menjadi mudah, tentu harus ada upaya penyesuaian, baik dari diri sendiri maupun dari penyaji materinya. 

Jika semua pengetahuan memiliki sifat yang sama bahwa mereka memiliki hierarkinya masing-masing. Lalu, di mana peranan logika sebagai "ilmu yang mempermudah bahasa" ? Yaitu ketika teori-teori rumit tadi telah berhasil kita kuasai, maka selanjutnya kita akan memiliki keterampilan lebih dalam hal memahami bahasa, terutama bahasa itu sendiri. Setelah mempelajari ilmu logika, seorang logicer dapat memahami 100 pasal hanya dari satu kalimat. Tapi ini tidak berarti "selalu cepat mengerti" tentang apa yang dikatakan orang lain, melainkan dia mengetahui banyak hal yang harus diketahui dari apa yang telah dikatakan orang lain, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Artinya, untuk dapat bertanyapun dibutuhkan pengetahuan. Dan salah satu pengetahuan yang membuat kita dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan adalah ilmu logika. Adapun pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dalam rangka penyelidikan untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang telah dikatakan orang lain. 

Gambarannya seperti yang terjadi dikelas, ketika guru berkata, "anak-anak, ada yang mau bertanya ?" tapi semua anak diam. Kalau ditanya mau, semuanya mau. Tapi kalau mereka tidak tahu, apa yang harus mereka tanyakan. Lalu kadang tak bertanya dianggap sudah mengerti. Padahal, bisa jadi tak bertanya itu sebenarnya juga karena tak mengerti apa maksud yang dikatakan orang lain, sekaligus tidak mengerti apa yang harus ditanyakan tentangnya.  Logika memberikan jalan keluar atas permasalahan ini. 

No comments: