Menu

Sintaksisme

Ilmu Logika adalah sintaksisme, yaitu ilmu yang mempelajari sintaks kalimat. Sintaksisme bukan hanya ilmu logika, namun ilmu logika adalah salah satunya. 

Objek kajian sintaksisme adalah sintak kalimat itu sendiri. Karena itu, pernyataan-pernyataan, argumentasi atau sebuah susun pikiran, apabila sintak kalimatnya sama, variabelnya sama, maka valid nya harus sama. 

Contohnya :

Setiap A adalah B
Setiap B adalah C
Jadi, Setiap A adalah C

Silahkan ganti variabel A, B, C dengan sembarang kata, maka itu validitas tiada beda. Misalnya :

A = Kuda
B = Sapi
C = Pohon

Sehingga menghasilkan kalimat :

Setiap Kuda adalah sapi
Setiap Sapi adalah pohon
Jadi, setiap Kuda adalah pohon

Susun pikiran ini sudah benar, argumentasinya Valid dan Konklusinya logis, walaupun nilai seluruh proposisinya adalah salah. 

Validitas argumen adalah berdasarkan sintak kalimatnya, bukan berdasarkan makna dari kata-katanya. Di sini, benar-benar harus dapat dibedakan antara Validitas Argumen dengan kebenaran argumen. 

Argumen adalah usaha akal untuk sampai pada keyakinan baru. Tentu saja, keyakinan yang ingin dicapai oleh setiap orang adalah keyakinan yang benar. Meyakini bahwa Validitas argumen merupakan hal yang berbeda dari kebenaran argumen merupakan keyakinan yang benar dan sebaliknya, menganggapnya ekuivalen merupakan keyakinan yang salah. Kesalahan dalam membedakan antara validitas dengan kebenaran berpotensi mengantarkan seseorang pada kesalahan kesalahan keyakinan yang lainnya. 

Tujuan dari mempelajari sintak logika adalah agar tidak terjerumus ke dalam keyakinan-keyakinan yang salah akibat kesalahan penalaran. Untuk sampai pada keyakinan yang benar dan terhindar dari keyakinan yang salah tersebut, ada dua jalannya. Pertama dengan validitas sintaks argumen dan kedua dengan kebenaran nilai proposisi pada argumentasi tersebut. 

Argumen bernilai benar maupun salah, tidak akan menimbulkan masalah, jika nilainya diketahui dan sintaknya Valid. Masalah akan terjadi ketika argumen tak Valid, walaupun nilai nilai proposisi pada argumentasi benar. Masalah juga akan terjadi pada argumentasi yang Valid, bila nilai kebenaran pada argumen tertukar, benar dianggap salah dan salah dianggap benar.

Contoh susun pikiran yang seluruh proposisinya bernilai benar, namun argumentasinya tak Valid :

Saya mencintai Ahlul Bayt 
Ahlul Bayt mencintai Nabi Muhammad SAW
Jadi, saya mencintai Nabi Muhammad SAW

Ketiga proposisi bernilai benar. 

Benar saya mencintai ahlul Bayt
Benar Ahlul Bayt mencintai Nabi Muhammad SAW
Benar saya mencintai Nabi Muhammad SAW

Namun, sintak argumentasi nya keliru, sehingga argumentasinya dinyatakan tak valid dan konklusinya tak logis. Apabila argumen yang demikian diterima sebagai argumen yang valid, maka akan menimbulkan masalah. Kenapa ? Karena polanya akan ditiru dan menimbulkan kesalahan. Contohnya :

Saya ingin menikahi Sinta
Sinta ingin menikahi Udin
Jadi, saya ingin menikahi Udin

Lha ... Kok jadi salah ? Bukankah polanya sama ?

Apabila Anda mengingkari kesamaan polanya dengan dalih "contohnya gak sama, karena Ahlul Bayt nabi saw itu gak bisa didamakan dengan Sinta," itu menunjukan bahwa Anda tidak memperhatikan sintak kalimatnya. 

Contoh Susun Pikiran yang seluruh proposisinya salah, tapi argumentasinya Valid, konklusinya logis 

Setiap Sandal adalah Kopiah
Setiap Kopiah adalah Celana
Jadi, Setiap Sandal adalah Celana

Tak ada masalah yang terjadi, walaupun seluruh proposisi bernilai salah, selama sintak argumentasinya benar dan kita tahu bahwa semua proposisi tersebut salah. Yang jadi masalah, bila tertukar nilai benar dan salah sehingga Anda meyakini bahwa memang benar "Setiap Sandal adalah Celana". 

Menggunakan logika itu fokus pada sintaknya. Prinsipnya, seandainya kita mengetahui kebenaran dari isi konklusi, maka kita akan menjadi tahu karena kebenaran sintaknya. Argumen yang benar dengan sintak yang benar pasti melahirkan konklusi yang berisi kebenaran pula. Argumen yang salah dengan sintak yang benar, pasti akan melahirkan konklusi yang salah. Tapi argumentasi baik yang benar maupun salah, pabila sintaknya sala
h, maka tidak dapat dipastikan apakah akan melahirkan kesimpulan yang benar ataukah tidak. Karena ketidak pastian ini, maka tidak dapat dijadikan pedoman, pegangan, hukum ataupun prinsip. Tetapi sintaksisme yang benar, dapat dijadikan pedoman karena melahirkan kepastian. 

Contoh susun pikiran yang argumentasinya salah, namun konklusinya benar.

Setiap Ayam adalah Kayu
Setiap Kayu adalah Hewan
Jadi, setiap Ayam adalah Hewan

Setiap Ayam adalah Hewan. Ini benar bukan ? Ya benar. Walaupun benar konklusinya, tapi kita harus menolaknya kebenaran argumentasinya. Bila kebenaran argumentasinya tertolak, maka konklusinya tidak dapat diakui sebagai kebenaran logis. Benar tapi tak logis, benar tapi tak valid.  Karena logisnya argumentasi yang salah mesti melahirkan kesimpulan yang salah pula.

Kita dapat menilai bahwa konklusi tersebut benar tapi tak valid, karena kita sudah mengetahui realitasnya. Tapi bila kita tidak mengetahuinya, maka kebenaran konklusinya harus ditolak baik dari nilai proposisinya maupun nilai konklusinya, yakni menilainya sebagai hal yang tak benar, sebagai konsekuensi dari argumentasi yang tak benar pula.

Anggap kita tak pernah tahu kebenaran dari isi kesimpulan. Kita hanya mengakui kebenaran isi kesimpulan apabila argumentasinya benar dan Valid, ini satu-satunya jalan untuk terhindar dari kekeliruan. Lagi pula sebenarnya fungsi logika itu adalah untuk mengantarkan kita pada suatu pengetahuan yang baru, yang sama sekali kita tidak tahu nilainya, apakah benar atau salah, dan kita hanya mengetahui kebenarannya dari kebenaran dan validitas argumentasinya, dari sintak kalimatnya.

No comments: