Menu

Merasa Paling Sempurna Dalam Moralitas (Sombong)

Sombong adalah pikiran yang membanding-bandingkan antara aku dengan selain aku sehingga memperkuat rasa keakuan yang muncul dari kesenangan dari perbandingan tadi.

Mengapa sombong harus dihindari ?

Karena sombong menguatkan rasa keakuan, yaitu egoisme. apabila manusia sudah memelihara egoisme, maka dia akan melihat benar-salah, untung rugi dari sudut pandang ego nya. apa yang dapat memuaskan syahwat ego nya, itu yang benar bagi dia. dan apa yang menyakiti ego nya, maka itu yang salah. Dengan begitu, berarti dia tidak menilai benar-salah secara objektif, akal pikiranya akan tertutup kabut keegoan dan itu akan mengantarkannya kepada jurang kesengsaraan hidup.

Jika seseorang mengatakan hal-hal berikut :
  • Saya orang yang paling [suci]
  • Saya orang yang paling baik
  • Saya orang paling bijak
  • Saya orang paling pintar
  • Saya orang yang paling bermoral

Apakah dapat dikatakan bahwa orang tersebut telah [sombong] ? 
Bagaimana kalau yang dikatakan itu adalah fakta apa adanya ? 

Menyampaikan fakta juga bisa masuk dalam kategori sombong. Jadi sombong tidaknya adalah pada tujuan/niat. Selain dokter memampangkan titel dokter dan spesialisasinya adalah dengan tujuan agar diketahui karena ada kebutuhan dan keharusan untuk itu. Ini jelas2 bukan kesombongan. 

Seorang Nabi harus menyatakan dirinya Nabi. Seorang yang akan meyelesaikan masalah komputer harus menyampaikan dirinya ahli komputer. Sehingga seorang yang sedang bertugas memperbaiki ataupun mengajarkan moral harus menyampaikan derajat (tingkat keahlian) moral dia.

Salah satu tanda kesombongan adalah "menghina". Orang yang menghina orang lain, sama saja dengan menghina dirinya sendiri. Orang yang menghina diri nya sendiri, bagaimana bisa memuliakan orang lain. Jadi, jangan dibiasakan merendahkan diri sendiri maupun orang lain, karena itu sama-sama wujud kesombongan.

Bagaimana dengan seorang murid yang merasa lebih rendah dari gurunya sebagai bentuk etika. Bagaimana dengan seorang yang berusaha dan berlatih menundukkan keangkuhan dirinya dengan jalan merasa tidak lebih baik dari orang lain. Apakah termasuk menghina diri sendiri? Merasa lebih rendah samakah dengan merendahkan diri?

Seorang murid berkewajiban untuk menghormati dan memuliakan gurunya. Tapi guru yang bijak tidak akan pernah mengharapkan muridnya menganggap diri lebih rendah dari siapapun, apalagi merasa lebih tinggi. Guru berharap muridnya penuh percaya diri, bukan merasa rendah diri. Bagaimana kiranya kalau seorang murid berkata pada gurunya ,"saya lebih buruk dari Anda ?" atau "Anda lebih baik dari saya ?" bukankah itu sama saja sebuah hinaan dan kesombongan ?

Setiap merasa lebih rendah adalah menghina diri dan setiap menghina diri adalah kesombongan. Jadi tiap merasa lebih rendah adalah kesombongan. 

Jika nilai premis mayor diyakini benar, maka kesombongan tersebut ia lakukan pada siapa? bukan kah kesombongan adalah anggapan  atau perasaan hati bahwa dirinya lebih baik dan unggul dari yang lain?

Kebanyakan memang demikian, menganggap sombong hanyalah merasa unggul dari orang lain..tapi sebenarnya merasa lebih rendah juga merupakan kesombongan. Dia sombong terhadap orang lain, dan sombong terhadap Alloh. Bagaimana seseorang merendahkan dirinya, padahal segala apa yang ada pada dirinya adalah pemberian Alloh SWT ? Bagaimana bila anda merendahkan pemberian saya, bukankah Anda sombong pada saya ? Demikian pula Anda merendahkan diri Anda di hadapan orang lain, maka Anda telah sombong terhadap Alloh yang memberi segala apa yang telah Anda miliki.

Bagaimana orang merasa berhak merendahkan sesuatu yang bukan miliknya ?

Bagaimana misalnya seseorang berkata ,"wajah saya lebih jelek dari kamu ". Tidakkah tersirat dalam benak kita bahwa dia tidak bersyukur atas pemberian nikmat  Alloh berupa " wajah " kepadanya ? Tidak kah terbayang dibenak kita, kalau itu bentuk kesombongan terhadap nikmat Nya? Diberi, dipakai tapi disesali, jelas itu wujud kesombongan terhadap Sang Pemberi.

Walaupun ada yang merasa lebih rendah, dan dia tidak sombong, namun sejauh pengamatan, manusia yang demikian itu langka. Karena itu pikiran yang membanding-bandingkan itu disebut "akar kesombongan", bukan kesombongan itu sendiri. Dengan demikian, bila kita menghindari pikiran yang membanding-bandingkan diri dengan orang lain, maka itu dapat dijadikan jalan untuk terhindar dari kesombongan.

No comments: