Menu

Pak Tani Dengan Arlojinya Yang Antik

Meskipun tinggal di pedesaan, Pak Tani yang satu ini memiliki arloji antik yang masih berfungsi. Arloji itu peninggalan orang tuanya, sehingga ia pasti memakainya saat pergi berladang, agar ia selalu ingat jasa-jasa mereka.

Siang itu musibah terjadi saat Pak Tani sedang berada di gudang, arlojinya jatuh dalam tumpukan jerami! Ia panik, kemudian segera saja ia merogoh-rogoh lumbung jerami itu kesana-kemari. Tetapi tidak ketemu juga. 

Pak Tani lantas meminta bantuan anak-anak muda di seberang jalan. Maklum gudang tersebut cukup luas, dan ia tak tahu persis di mana arlojinya jatuh. Butuh lebih dari satu orang untuk mencarinya. 

Anak-anak muda pun turut membantu. Mereka berpencar dan masing-masing sibuk meraup-raup jerami di hadapannya sambil memasang mata dengan awas. Siapa tahu bisa ditemukan. 

Lagi-lagi arloji itu tetap raib. Sulit sekali mencarinya. Hingga hari hampir sore, maka Pak Tani pun merelakan agar pencarian mereka dilanjutkan besok lagi. Akhirnya anak-anak muda pun beranjak keluar gudang bersama Pak Tani. 

Tiba-tiba datanglah seorang lelaki. Ia meminta izin untuk membantu mencarinya sebelum hari semakin gelap. Pak Tani memberi kesempatan pada lelaki itu untuk masuk sendirian ke dalam gudang. 

Tiba-tiba dalam waktu yang tidak terlalu lama, lelaki itu keluar dari gudang dan menemukan arloji antik tersebut! Pak Tani terheran-heran bagaimana ia bisa berhasil? 

"Aku tidak mencarinya. Melainkan hanya duduk tenang saja di tengah gudang, sampai suasana benar-benar hening. Maka pelan-pelan telingaku mendengar bunyi jarum arloji yang berdetik. Tinggal aku ikuti saja kemana arah sumber suara tersebut!" 

Demikianlah bagaimana akhirnya Pak Tani mendapatkan kembali arloji antiknya itu. Apa nilai moral yang hendak disampaikan dalam cerita di atas? 

Rupanya kebanyakan kita saat sedang mendapat musibah, spontan saja panik, gelisah, dan sibuk terburu-buru menghadapinya. Padahal, kunci untuk menyelesaikan musibah tersebut adalah dengan ketenangan. 

Tenanglah. Berserah dirilah terlebih dulu kepada Allah. Heningkan dulu pikiran kita dalam munajat kepada-Nya. Bukankah segala sesuatu berada dalam kekuasaan dan kehendak Allah? 

Baik musibah tersebut dalam hal rezeki, keluarga, kesehatan, kebahagiaan, atau dalam hal apapun, panik dan gelisah tidak akan menyelesaikan masalah. Inilah dia pesan yang sejak ribuan tahun silam telah difirmankan Allah dalam hadist Qudsi kepada Nabi Musa, 

ما دمت لا ترى كنوزي قد نفدت فلا تغتم بسبب رزقك. ما دمت لا ترى زوال ملكي فلا ترج احدا غيري.

"Wahai Musa, selama engkau tidak melihat kekayaan-Ku habis, maka jangan takut atas sebab rezekimu! Dan selama engkau tidak melihat runtuhnya kerajaan-Ku, maka jangan pernah berharap pada selain Aku!" 

No comments: