Menu

Contoh Soal dan Pembahasan Tes Skolastik UTBK 2023 - [Paket 1 Literasi dalam Bahasa Indonesia]

[SOAL NOMOR 4] - Submateri: Literasi dalam Bahasa Indonesia

Perhatikan teks berikut dengan saksama! 

Peran penyuluh pertanian sangat penting untuk mendampingi para petani. Penyuluh dan petani harus terus digenjot kapasitasnya agar bisa mengimplementasikan ilmu-ilmu baru yang berkaitan dengan kemajuan pertanian Indonesia. Kegiatan para penyuluh di Sumatera Selatan dapat dijadikan contoh untuk mengembangkan teknologi pertanian. Mereka mendesain Alat Tanam Modifikasi dengan Traktor (Amator). Idenya berawal dari demplot Atabela (Alat Tanam Benih Langsung) kemudian dipadukanlah Atabela dengan Hand Traktor. Para penyuluh ini membuat gambar sederhana lalu membawa Atabela ke Bengkel dan memodifikasi ATABELA tipe Bali. Modifikasi barunya, Atabela  penggunaannya tidak lagi ditarik manusia, tapi dengan tenaga Hand Traktor.

Kelebihan dari Amator yaitu tenaga kerja cukup dua orang untuk penanaman seluas satu hektar memakan waktu kurang lebih dua jam (tergantung kondisi dan tipe Amator), dengan biaya Rp200.000,00, penggunaan benih hanya 30-50 kg/ha (tergantung sistem tanam) lebih hemat dari cara tradisional (tabur) yang  mencapai 60-120 kg/ha, praktis dalam pengoperasian dengan ditarik dengan traktor baik roda 2 maupun roda 4, memudahkan pemeliharaan tanaman terutama untuk pengendalian gulma yang dapat mengurangi dosis penggunaan herbisida (tidak terjadi overlap) dan dimungkinkan pengendalian dengan cara mekanis.

Dengan menggunakan alat ini, jarak tanam dapat diatur baik sistem larikan biasa ataupun dengan sistem jarwo. Dengan alat ini populasi tanaman dalam satuan luas tertentu yang lebih banyak dibandingkan cara tanam pindah. Hal ini membuat tanaman tidak mengalami stres, karena tidak dipindah seperti halnya tanam pindah. Adapun dengan sistem tanam jarwo, jarak tanam direkayasa hingga seolah-olah tanaman seperti tanaman tepi pematang. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi varietas padi yang ditanam dengan Amator lebih tinggi (0,7-1,5 ton gabah kering panen) dibandingkan dengan cara tanam konvensional. Selain padi, Amator juga bisa untuk menanam kedelai.

Simpulan yang tepat berdasarkan bacaan di atas adalah…

A. Amator merupakan salah satu inovasi teknologi pertanian yang telah dibuktikan efektivitasnya untuk meningkatkan produksi padi.
B. Amator merupakan hasil propaganda sistem tanam padi secara modern yang dipercaya dapat meningkatkan hasil produksi padi dan kedelai.
C. Atabela telah dipakai para petani secara turun temurun dan menghasilkan produksi padi yang bernas dan berkualitas.
D. Atabela dan Hand Traktor merupakan perpaduan alat pertanian yang dimodifikasi dan memudahkan petani melakukan pemanenan.
E. Hand Traktor merupakan alat yang berfungsi tidak hanya mengolah tanah tetapi juga untuk menggerakkan implemen lain seperti pompa air.

Pembahasan
Jawaban A benar karena mengandung unsur amator, teknologi pertanian, dan efektivitasnya. Jawaban B salah karena amator bukan hasil propaganda. Jawaban C salah karena para petani turun temurun menanam padinya secara konvensional dengan tenaga manusia. Jawaban D salah karena atabela dan hand traktor untuk menanam benih bukan untuk memanen. Jawaban E salah karena fokus teks bukan pada hand traktor tetapi amator.

[SOAL NOMOR 5] - Submateri: Literasi dalam Bahasa Indonesia

Perhatikan teks berikut dengan saksama!

Peran penyuluh pertanian sangat penting untuk mendampingi para petani. Penyuluh dan petani harus terus digenjot kapasitasnya agar bisa mengimplementasikan ilmu-ilmu baru yang berkaitan dengan kemajuan pertanian Indonesia. Kegiatan para penyuluh di Sumatera Selatan dapat dijadikan contoh untuk mengembangkan teknologi pertanian. Mereka mendesain Alat Tanam Modifikasi dengan Traktor (Amator). Idenya berawal dari demplot Atabela (Alat Tanam Benih Langsung) kemudian dipadukanlah Atabela dengan Hand Traktor. Para penyuluh ini membuat gambar sederhana lalu membawa Atabela ke Bengkel dan memodifikasi ATABELA tipe Bali. Modifikasi barunya, Atabela  penggunaannya tidak lagi ditarik manusia, tapi dengan tenaga Hand Traktor.

Kelebihan dari Amator yaitu tenaga kerja cukup dua orang untuk penanaman seluas satu hektar memakan waktu kurang lebih dua jam (tergantung kondisi dan tipe Amator), dengan biaya Rp200.000,00, penggunaan benih hanya 30-50 kg/ha (tergantung sistem tanam) lebih hemat dari cara tradisional (tabur) yang  mencapai 60-120 kg/ha, praktis dalam pengoperasian dengan ditarik dengan traktor baik roda 2 maupun roda 4, memudahkan pemeliharaan tanaman terutama untuk pengendalian gulma yang dapat mengurangi dosis penggunaan herbisida (tidak terjadi overlap) dan dimungkinkan pengendalian dengan cara mekanis.

Dengan menggunakan alat ini, jarak tanam dapat diatur baik sistem larikan biasa ataupun dengan sistem jarwo. Dengan alat ini populasi tanaman dalam satuan luas tertentu yang lebih banyak dibandingkan cara tanam pindah. Hal ini membuat tanaman tidak mengalami stres, karena tidak dipindah seperti halnya tanam pindah. Adapun dengan sistem tanam jarwo, jarak tanam direkayasa hingga seolah-olah tanaman seperti tanaman tepi pematang. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi varietas padi yang ditanam dengan Amator lebih tinggi (0,7-1,5 ton gabah kering panen) dibandingkan dengan cara tanam konvensional. Selain padi, Amator juga bisa untuk menanam kedelai.

Berilah tanda centang (√) pada kolom BENAR atau SALAH setiap pernyataan berikut sesuai dengan bacaan. 

Pernyataan

Benar

Salah

Penyuluh harus mendampingi petani dalam mengimplementasikan teknologi baru dalam pertanian.

Pada alat Amator diperlukan pengendali tenaga manusia berjumlah dua orang saja.

Pada sistem tanam jajar legowo atau jarwo, cara benih ditanam sebagaimana tanaman pinggir.

Amator dapat digunakan untuk mengendalikan gulma hingga menghemat pemakaian herbisida.

Jarak tanam yang dilakukan dengan sistem larikan biasa memberi hasil yang lebih banyak daripada sistem jarwo.

Pembahasan

Pernyataan 1-4 benar karena disarikan dari isi teks. Pernyataan 5 salah karena sistem yang sistem tersebut sama-sama meningkatkan kualitas padi yang ditanam.

[SOAL NOMOR 6] - Submateri: Literasi dalam Bahasa Indonesia

Perhatikan teks berikut dengan saksama! 

Peran penyuluh pertanian sangat penting untuk mendampingi para petani. Penyuluh dan petani harus terus digenjot kapasitasnya agar bisa mengimplementasikan ilmu-ilmu baru yang berkaitan dengan kemajuan pertanian Indonesia. Kegiatan para penyuluh di Sumatera Selatan dapat dijadikan contoh untuk mengembangkan teknologi pertanian. Mereka mendesain Alat Tanam Modifikasi dengan Traktor (Amator). Idenya berawal dari demplot Atabela (Alat Tanam Benih Langsung) kemudian dipadukanlah Atabela dengan Hand Traktor. Para penyuluh ini membuat gambar sederhana lalu membawa Atabela ke Bengkel dan memodifikasi ATABELA tipe Bali. Modifikasi barunya, Atabela  penggunaannya tidak lagi ditarik manusia, tapi dengan tenaga Hand Traktor.

Kelebihan dari Amator yaitu tenaga kerja cukup dua orang untuk penanaman seluas satu hektar memakan waktu kurang lebih dua jam (tergantung kondisi dan tipe Amator), dengan biaya Rp200.000,00, penggunaan benih hanya 30-50 kg/ha (tergantung sistem tanam) lebih hemat dari cara tradisional (tabur) yang  mencapai 60-120 kg/ha, praktis dalam pengoperasian dengan ditarik dengan traktor baik roda 2 maupun roda 4, memudahkan pemeliharaan tanaman terutama untuk pengendalian gulma yang dapat mengurangi dosis penggunaan herbisida (tidak terjadi overlap) dan dimungkinkan pengendalian dengan cara mekanis.

Dengan menggunakan alat ini, jarak tanam dapat diatur baik sistem larikan biasa ataupun dengan sistem jarwo. Dengan alat ini populasi tanaman dalam satuan luas tertentu yang lebih banyak dibandingkan cara tanam pindah. Hal ini membuat tanaman tidak mengalami stres, karena tidak dipindah seperti halnya tanam pindah. Adapun dengan sistem tanam jarwo, jarak tanam direkayasa hingga seolah-olah tanaman seperti tanaman tepi pematang. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produksi varietas padi yang ditanam dengan Amator lebih tinggi (0,7-1,5 ton gabah kering panen) dibandingkan dengan cara tanam konvensional. Selain padi, Amator juga bisa untuk menanam kedelai.

Manakah pernyataan berikut yang merupakan kelebihan amator berdasarkan isi teks?

A. Paduan alat pertanian menghasilkan cara memanen yang efektif.
B. Dua alat pertanian siap menemani penyuluh pertanian bertugas.
C. Kerja alat tersebut akan membuat pekerjaan petani makin mudah.
D. Penggunaan alat ini meminimalisasi benih tanaman padi stress.
E. Alat ini membuat benih padi tumbuh seperti tanaman pinggiran.

Pembahasan
Jawaban A salah karena alat ini untuk menanam padi. Jawaban B salah karena kata ‘bertugas’ masih terlalu umum. Jawaban C salah karena belum jelas pekerjaan petani yang mana. Jawaban D benar karena alat ini digunakan untuk menanam benih dengan mesin dan tidak dengan cara manual tanam pindah. Jawaban E salah karena bukan sebagai tanaman pinggiran tetapi tanaman tepi pematang. Ada jarak yang lebih lebar hingga membuat tanaman padi tumbuh optimal.

[SOAL NOMOR 7] - Submateri: Literasi dalam Bahasa Indonesia

Perhatikan teks cerita berikut dengan saksama!

Sore gerimis, pertemuan dengan beberapa teman di kedai kopi estetik dengan view kebun kopi miliknya cukup membuat syahdu. Seorang ibu yang kukenal karena sama-sama sebagai pecinta buku datang bersama putrinya. Roman mukanya terlihat menyimpan cerita. Memulai pembicaraan tentang putrinya mungkin akan mencairkan suasana.

“Putrinya sekolah di mana Bu?”

“Kelas XI SMU. Dia baru saja pulang, langsung saya ajak ke sini. Suasana sepi seperti ini kesukaannya. Iya, kan Sof?”

Putrinya yang dipanggilnya Sofi tersenyum malu-malu. Sebentar ia minta izin berkeliling di sekitar kedai yang dipenuhi tanaman kopi. 

“Anakku itu suka menulis ternyata, Bu. Aku baru tahu. Sayangnya dia tidak mau menunjukkan tulisannya, padahal saya ingin mengarahkannya.”

“Oh ya, keren sekali.” Kenapa kira-kira Bu, kok dia tidak mau menunjukkan hasil karya ceritanya?” Aku mencoba merespon.

“Nah itulah. Waktu aku ingin baca cerita yang dia buat, ia menolak. Dia bilang ini bacaan milenial. Mama ga akan paham. Sedihnya saya. Apa tuh Bu, yang katanya aplikasi untuk menulis cerita yang biasa dipakai anak muda?”

“Emmm, apa yaa Bu, sepertinya saya juga pernah dengar. Banyak anak muda yang hobi menulis menggunakan aplikasi tersebut untuk mengembangkan bakat menulisnya.” Jawabku tanpa menyebutkan nama aplikasinya. Aku baru menghubungkan mengapa wajah ibu tersebut seperti menyimpan sesuatu. Ternyata benar. Peristiwa yang dia alami dengan putrinya menjadi pikirannya. Dasar aku. Kata orang aku ini seperti peramal atau semacam cenayang yang pandai membaca pikiran orang. Aku jarang menyadarinya karena terlalu fokus pada penyelesaian masalah yang mungkin bisa ku sarankan pada orang tersebut. Aku tidak peduli saran itu akan dipakai atau tidak. Menurutku setelah saran kuberikan selesai tugasku. Selanjutnya pertimbangan dan keputusan berapa pada tangan orang yang ku beri saran.

“Apakah Ibu kepikiran karena putri Ibu tidak membagikan ceritanya?” tanyaku menyelidik.

“Iya Bu. Mungkin remeh buat orang lain, tapi saya kok sedih mengapa saya tidak boleh tahu? Saya kan ibunya? Saya ingin tahu cerita apa yang sudah dia buat? Kalau hanya membuat cerita saja dia sudah tidak mau menunjukkan, bagaimana dengan yang lain?”

Aku sedikit mulai paham arah kegelisahan si Ibu. Ia mulai khawatir ketidakmauan putrinya menunjukkan hasil karyanya merupakan awal ia akan tertutup pada ibunya untuk hal yang lain. Namun, apakah benar seperti itu representasinya?

“Mungkin ibu perlu melakukan sesuatu agar tidak terganggu dengan pikiran-pikiran itu.” Komentarku setelah mendengar penuturannya.

“Bagaimana menurut Ibu?” katanya antusias.

“Begini Bu, ibu harus mengembangkan pemikiran yang lain, lalu melakukan pendekatan yang lain juga.”

“Bagaimana maksudnya Bu?”. Ia kesulitan menangkap maksudku. Aku memang harus menjelaskan satu per satu. Masalah yang beliau hadapi bisa jadi ringan. Namun jika salah penanganan ia akan jadi masalah yang serius.

“Bu, kita harus memahami karakter dan keunikan masing-masing anak kita. Kadang kita lupa bahwa sikap mereka sebenarnya adalah hasil didikan kita, baik kita sadar atau tidak menyadarinya.”

“Wah, iya Bu, benar.” Wajahnya mulai berbinar. Matanya terlihat sedang menerawang. Pasti ia sedang mengingat apa saja yang ia lakukan selama ini dalam memperlakukan anaknya sehari-harinya. Apakah ia tipe ibu yang selalu bertanya tentang kegiatan anaknya? Apakah ia ibu yang selalu memberi saran dan instruksi pada anaknya? Apakah ia sudah menjadi teman diskusi anaknya? Apakah ia pernah menanyakan pada anaknya tentang sikapnya sebagai ibu? Apakah ia ibu yang sibuk dengan kegiatannya sendiri? Itu pertanyaan-pertanyaan di kepalaku yang kuterjemahkan berdasarkan tatapan matanya. Beberapa waktu yang diam menurutku sangat penting untuk pengendapan pikiran dan menimbulkan kejernihannya.

“Bu, apa tidak sebaiknya ibu menyarankan hal yang lain untuk sofi?”

“Apa misalnya Bu?”

“Ibu minta Sofi menerbitkan tulisannya dalam bentuk buku. Apresiasi saja usaha menulisnya dalam bentuk lain. Cetakkan sesuai dengan kemampuan dana saja. Cari penerbit indie saja, tidak perlu penerbit besar yang harus bersaing dengan penulis yang sudah punya nama. Sekarang banyak penerbitan buku on demand. Jadi, Ibu tidak perlu ribut menanyakan isi tulisannya.”

“Wah ide bagus Bu. Saya paham apa yang harus saya lakukan. Makasih ya Bu pencerahannya.” Saya tersenyum sambil mengangguk.

“Ma, Ayuk Pulang.” Suara Sofi menghentikan pembicaraan kami. Semua pertimbangan dan keputusan ada di tangan si ibu. Tangan ibu merangkul putrinya dan membawanya pulang.

Suasana hati ibu menjadi berubah setelah pertemuan dengan tokoh aku di kedai kopi estetik.

Bagaimana suasana hati ibu sebelumnya?

A. Pergi di kedai kopi dengan wajah yang riang karena akan bertemu teman-temannya.
B. Suasana hati sedang bersedih hingga tidak mendukung kehadirannya di kedai kopi.
C. Datang ke kedai kopi dengan mata menyimpan cerita yang tidak dapat berbohong.
D. Menemui teman di kedai kopi estetik dengan perasaan was-was akan teringat masa lalu.
E. Menyetujui pertemuan dengan teman di kedai kopi menimbulkan perasaan menyesal.

Pembahasan
Jawaban A salah karena wajah ibu tidak riang. Jawaban B salah karena suasana hati bersedih tidak tepat. Jawaban C benar karena suasana hati sedang menyimpan cerita terlihat dari mata. Jawaban D salah karena tidak ada perasaan was-was. Jawaban E salah karena tidak ada perasaan menyesal datang ke kedai kopi.

[SOAL NOMOR 8] - Submateri: Literasi dalam Bahasa Indonesia

Perhatikan teks cerita berikut dengan saksama!

Sore gerimis, pertemuan dengan beberapa teman di kedai kopi estetik dengan view kebun kopi miliknya cukup membuat syahdu. Seorang ibu yang kukenal karena sama-sama sebagai pecinta buku datang bersama putrinya. Roman mukanya terlihat menyimpan cerita. Memulai pembicaraan tentang putrinya mungkin akan mencairkan suasana.

“Putrinya sekolah di mana Bu?”

“Kelas XI SMU. Dia baru saja pulang, langsung saya ajak ke sini. Suasana sepi seperti ini kesukaannya. Iya, kan Sof?”

Putrinya yang dipanggilnya Sofi tersenyum malu-malu. Sebentar ia minta izin berkeliling di sekitar kedai yang dipenuhi tanaman kopi. 

“Anakku itu suka menulis ternyata, Bu. Aku baru tahu. Sayangnya dia tidak mau menunjukkan tulisannya, padahal saya ingin mengarahkannya.”

“Oh ya, keren sekali.” Kenapa kira-kira Bu, kok dia tidak mau menunjukkan hasil karya ceritanya?” Aku mencoba merespon.

“Nah itulah. Waktu aku ingin baca cerita yang dia buat, ia menolak. Dia bilang ini bacaan milenial. Mama ga akan paham. Sedihnya saya. Apa tuh Bu, yang katanya aplikasi untuk menulis cerita yang biasa dipakai anak muda?”

“Emmm, apa yaa Bu, sepertinya saya juga pernah dengar. Banyak anak muda yang hobi menulis menggunakan aplikasi tersebut untuk mengembangkan bakat menulisnya.” Jawabku tanpa menyebutkan nama aplikasinya. Aku baru menghubungkan mengapa wajah ibu tersebut seperti menyimpan sesuatu. Ternyata benar. Peristiwa yang dia alami dengan putrinya menjadi pikirannya. Dasar aku. Kata orang aku ini seperti peramal atau semacam cenayang yang pandai membaca pikiran orang. Aku jarang menyadarinya karena terlalu fokus pada penyelesaian masalah yang mungkin bisa ku sarankan pada orang tersebut. Aku tidak peduli saran itu akan dipakai atau tidak. Menurutku setelah saran kuberikan selesai tugasku. Selanjutnya pertimbangan dan keputusan berapa pada tangan orang yang ku beri saran.

“Apakah Ibu kepikiran karena putri Ibu tidak membagikan ceritanya?” tanyaku menyelidik.

“Iya Bu. Mungkin remeh buat orang lain, tapi saya kok sedih mengapa saya tidak boleh tahu? Saya kan ibunya? Saya ingin tahu cerita apa yang sudah dia buat? Kalau hanya membuat cerita saja dia sudah tidak mau menunjukkan, bagaimana dengan yang lain?”

Aku sedikit mulai paham arah kegelisahan si Ibu. Ia mulai khawatir ketidakmauan putrinya menunjukkan hasil karyanya merupakan awal ia akan tertutup pada ibunya untuk hal yang lain. Namun, apakah benar seperti itu representasinya?

“Mungkin ibu perlu melakukan sesuatu agar tidak terganggu dengan pikiran-pikiran itu.” Komentarku setelah mendengar penuturannya.

“Bagaimana menurut Ibu?” katanya antusias.

“Begini Bu, ibu harus mengembangkan pemikiran yang lain, lalu melakukan pendekatan yang lain juga.”

“Bagaimana maksudnya Bu?”. Ia kesulitan menangkap maksudku. Aku memang harus menjelaskan satu per satu. Masalah yang beliau hadapi bisa jadi ringan. Namun jika salah penanganan ia akan jadi masalah yang serius.

“Bu, kita harus memahami karakter dan keunikan masing-masing anak kita. Kadang kita lupa bahwa sikap mereka sebenarnya adalah hasil didikan kita, baik kita sadar atau tidak menyadarinya.”

“Wah, iya Bu, benar.” Wajahnya mulai berbinar. Matanya terlihat sedang menerawang. Pasti ia sedang mengingat apa saja yang ia lakukan selama ini dalam memperlakukan anaknya sehari-harinya. Apakah ia tipe ibu yang selalu bertanya tentang kegiatan anaknya? Apakah ia ibu yang selalu memberi saran dan instruksi pada anaknya? Apakah ia sudah menjadi teman diskusi anaknya? Apakah ia pernah menanyakan pada anaknya tentang sikapnya sebagai ibu? Apakah ia ibu yang sibuk dengan kegiatannya sendiri? Itu pertanyaan-pertanyaan di kepalaku yang kuterjemahkan berdasarkan tatapan matanya. Beberapa waktu yang diam menurutku sangat penting untuk pengendapan pikiran dan menimbulkan kejernihannya.

“Bu, apa tidak sebaiknya ibu menyarankan hal yang lain untuk sofi?”

“Apa misalnya Bu?”

“Ibu minta Sofi menerbitkan tulisannya dalam bentuk buku. Apresiasi saja usaha menulisnya dalam bentuk lain. Cetakkan sesuai dengan kemampuan dana saja. Cari penerbit indie saja, tidak perlu penerbit besar yang harus bersaing dengan penulis yang sudah punya nama. Sekarang banyak penerbitan buku on demand. Jadi, Ibu tidak perlu ribut menanyakan isi tulisannya.”

“Wah ide bagus Bu. Saya paham apa yang harus saya lakukan. Makasih ya Bu pencerahannya.” Saya tersenyum sambil mengangguk.

“Ma, Ayuk Pulang.” Suara Sofi menghentikan pembicaraan kami. Semua pertimbangan dan keputusan ada di tangan si ibu. Tangan ibu merangkul putrinya dan membawanya pulang.

Tema yang tepat sesuai isi cuplikan cerita di atas adalah ….

A. cara mengatasi masalah diperoleh setelah berdiskusi dengan orang lain
B. proses mengatasi persoalan yang dihadapi berlangsung dengan baik jika kita tenang
C. hasil pertemuan di kedai kopi menambah jumlah masalah yang terpendam sekian lama
D. keadaan mental kita saja yang mensugesti diri bahwa persoalan tersebut sangat sulit
E. titik terang menyelesaikan masalah justru datang dari putri yang pergi menemaninya

Pembahasan
Jawaban A benar karena ia mendapatkan pencerahan setelah bertemu tokoh aku. Jawaban B salah karena pernyataan benar tetapi poin pada cerita bukan itu. Jawaban C salah karena pertemuan itu membuat ibu bertemu tokoh aku. Jawaban D salah karena tidak pernyataan dalam cerita yang menyatakan bahwa tokoh ibu menganggap masalahnya sulit. Jawaban E salah karena penyelesaian masalah didapatkan setelah berbincang dengan tokoh aku.

[SOAL NOMOR 9] - Submateri: Literasi dalam Bahasa Indonesia

Perhatikan teks cerita berikut dengan saksama! 

Sore gerimis, pertemuan dengan beberapa teman di kedai kopi estetik dengan view kebun kopi miliknya cukup membuat syahdu. Seorang ibu yang kukenal karena sama-sama sebagai pecinta buku datang bersama putrinya. Roman mukanya terlihat menyimpan cerita. Memulai pembicaraan tentang putrinya mungkin akan mencairkan suasana.

“Putrinya sekolah di mana Bu?”

“Kelas XI SMU. Dia baru saja pulang, langsung saya ajak ke sini. Suasana sepi seperti ini kesukaannya. Iya, kan Sof?”

Putrinya yang dipanggilnya Sofi tersenyum malu-malu. Sebentar ia minta izin berkeliling di sekitar kedai yang dipenuhi tanaman kopi. 

“Anakku itu suka menulis ternyata, Bu. Aku baru tahu. Sayangnya dia tidak mau menunjukkan tulisannya, padahal saya ingin mengarahkannya.”

“Oh ya, keren sekali.” Kenapa kira-kira Bu, kok dia tidak mau menunjukkan hasil karya ceritanya?” Aku mencoba merespon.

“Nah itulah. Waktu aku ingin baca cerita yang dia buat, ia menolak. Dia bilang ini bacaan milenial. Mama ga akan paham. Sedihnya saya. Apa tuh Bu, yang katanya aplikasi untuk menulis cerita yang biasa dipakai anak muda?”

“Emmm, apa yaa Bu, sepertinya saya juga pernah dengar. Banyak anak muda yang hobi menulis menggunakan aplikasi tersebut untuk mengembangkan bakat menulisnya.” Jawabku tanpa menyebutkan nama aplikasinya. Aku baru menghubungkan mengapa wajah ibu tersebut seperti menyimpan sesuatu. Ternyata benar. Peristiwa yang dia alami dengan putrinya menjadi pikirannya. Dasar aku. Kata orang aku ini seperti peramal atau semacam cenayang yang pandai membaca pikiran orang. Aku jarang menyadarinya karena terlalu fokus pada penyelesaian masalah yang mungkin bisa ku sarankan pada orang tersebut. Aku tidak peduli saran itu akan dipakai atau tidak. Menurutku setelah saran kuberikan selesai tugasku. Selanjutnya pertimbangan dan keputusan berapa pada tangan orang yang ku beri saran.

“Apakah Ibu kepikiran karena putri Ibu tidak membagikan ceritanya?” tanyaku menyelidik.

“Iya Bu. Mungkin remeh buat orang lain, tapi saya kok sedih mengapa saya tidak boleh tahu? Saya kan ibunya? Saya ingin tahu cerita apa yang sudah dia buat? Kalau hanya membuat cerita saja dia sudah tidak mau menunjukkan, bagaimana dengan yang lain?”

Aku sedikit mulai paham arah kegelisahan si Ibu. Ia mulai khawatir ketidakmauan putrinya menunjukkan hasil karyanya merupakan awal ia akan tertutup pada ibunya untuk hal yang lain. Namun, apakah benar seperti itu representasinya?

“Mungkin ibu perlu melakukan sesuatu agar tidak terganggu dengan pikiran-pikiran itu.” Komentarku setelah mendengar penuturannya.

“Bagaimana menurut Ibu?” katanya antusias.

“Begini Bu, ibu harus mengembangkan pemikiran yang lain, lalu melakukan pendekatan yang lain juga.”

“Bagaimana maksudnya Bu?”. Ia kesulitan menangkap maksudku. Aku memang harus menjelaskan satu per satu. Masalah yang beliau hadapi bisa jadi ringan. Namun jika salah penanganan ia akan jadi masalah yang serius.

“Bu, kita harus memahami karakter dan keunikan masing-masing anak kita. Kadang kita lupa bahwa sikap mereka sebenarnya adalah hasil didikan kita, baik kita sadar atau tidak menyadarinya.”

“Wah, iya Bu, benar.” Wajahnya mulai berbinar. Matanya terlihat sedang menerawang. Pasti ia sedang mengingat apa saja yang ia lakukan selama ini dalam memperlakukan anaknya sehari-harinya. Apakah ia tipe ibu yang selalu bertanya tentang kegiatan anaknya? Apakah ia ibu yang selalu memberi saran dan instruksi pada anaknya? Apakah ia sudah menjadi teman diskusi anaknya? Apakah ia pernah menanyakan pada anaknya tentang sikapnya sebagai ibu? Apakah ia ibu yang sibuk dengan kegiatannya sendiri? Itu pertanyaan-pertanyaan di kepalaku yang kuterjemahkan berdasarkan tatapan matanya. Beberapa waktu yang diam menurutku sangat penting untuk pengendapan pikiran dan menimbulkan kejernihannya.

“Bu, apa tidak sebaiknya ibu menyarankan hal yang lain untuk sofi?”

“Apa misalnya Bu?”

“Ibu minta Sofi menerbitkan tulisannya dalam bentuk buku. Apresiasi saja usaha menulisnya dalam bentuk lain. Cetakkan sesuai dengan kemampuan dana saja. Cari penerbit indie saja, tidak perlu penerbit besar yang harus bersaing dengan penulis yang sudah punya nama. Sekarang banyak penerbitan buku on demand. Jadi, Ibu tidak perlu ribut menanyakan isi tulisannya.”

“Wah ide bagus Bu. Saya paham apa yang harus saya lakukan. Makasih ya Bu pencerahannya.” Saya tersenyum sambil mengangguk.

“Ma, Ayuk Pulang.” Suara Sofi menghentikan pembicaraan kami. Semua pertimbangan dan keputusan ada di tangan si ibu. Tangan ibu merangkul putrinya dan membawanya pulang.

Pada cerita tersebut ibu mengucapkan terima kasih atas pencerahan yang diberikan tokoh aku.

Berdasarkan isi teks apakah yang dimaksudkan dengan kata pencerahan tersebut?

Perlu dicarikan cara alternatif untuk mengatasi anak yang tidak menurut nasihat yang diberikan orang tua.

Perlu dipikirkan ulang cara orang tua memahami keinginan anak yang kadang bertentangan dengan orang tua.

Perlu menuangkan permasalahan yang kita alami pada orang lain agar mereka dapat memberikan ide dan jalan keluar.

Perlu merenungkan dan tidak cepat menyimpulkan tindakan anak sebagai bentuk ketidakterbukaan pada orang tua.

Perlu memberi peluang dan tidak mengekang anak untuk berkarya sesuai dengan hobi dan kesenangannya.

Pembahasan
Jawaban A salah karena pada cerita ini tidak ada nasihat yang harus diturut. Jawaban B salah karena yang terjadi adalah keinginan orang tua untuk tahu yang dikerjakan anaknya. Jawaban C salah karena fokusnya pada hasil apa yang diperoleh ibu bukan cara mendapatkannya. Jawaban D benar karena kata pencerahan terkait dengan diperolehnya cara mengatasi masalah yang dihadapi. Jawaban E salah karena tidak ada yang mengekang anaknya berkarya.

[SOAL NOMOR 10] - Submateri: Literasi dalam Bahasa Indonesia

Perhatikan teks cerita berikut dengan saksama! 

Sore gerimis, pertemuan dengan beberapa teman di kedai kopi estetik dengan view kebun kopi miliknya cukup membuat syahdu. Seorang ibu yang kukenal karena sama-sama sebagai pecinta buku datang bersama putrinya. Roman mukanya terlihat menyimpan cerita. Memulai pembicaraan tentang putrinya mungkin akan mencairkan suasana.

“Putrinya sekolah di mana Bu?”

“Kelas XI SMU. Dia baru saja pulang, langsung saya ajak ke sini. Suasana sepi seperti ini kesukaannya. Iya, kan Sof?”

Putrinya yang dipanggilnya Sofi tersenyum malu-malu. Sebentar ia minta izin berkeliling di sekitar kedai yang dipenuhi tanaman kopi. 

“Anakku itu suka menulis ternyata, Bu. Aku baru tahu. Sayangnya dia tidak mau menunjukkan tulisannya, padahal saya ingin mengarahkannya.”

“Oh ya, keren sekali.” Kenapa kira-kira Bu, kok dia tidak mau menunjukkan hasil karya ceritanya?” Aku mencoba merespon.

“Nah itulah. Waktu aku ingin baca cerita yang dia buat, ia menolak. Dia bilang ini bacaan milenial. Mama ga akan paham. Sedihnya saya. Apa tuh Bu, yang katanya aplikasi untuk menulis cerita yang biasa dipakai anak muda?”

“Emmm, apa yaa Bu, sepertinya saya juga pernah dengar. Banyak anak muda yang hobi menulis menggunakan aplikasi tersebut untuk mengembangkan bakat menulisnya.” Jawabku tanpa menyebutkan nama aplikasinya. Aku baru menghubungkan mengapa wajah ibu tersebut seperti menyimpan sesuatu. Ternyata benar. Peristiwa yang dia alami dengan putrinya menjadi pikirannya. Dasar aku. Kata orang aku ini seperti peramal atau semacam cenayang yang pandai membaca pikiran orang. Aku jarang menyadarinya karena terlalu fokus pada penyelesaian masalah yang mungkin bisa ku sarankan pada orang tersebut. Aku tidak peduli saran itu akan dipakai atau tidak. Menurutku setelah saran kuberikan selesai tugasku. Selanjutnya pertimbangan dan keputusan berapa pada tangan orang yang ku beri saran.

“Apakah Ibu kepikiran karena putri Ibu tidak membagikan ceritanya?” tanyaku menyelidik.

“Iya Bu. Mungkin remeh buat orang lain, tapi saya kok sedih mengapa saya tidak boleh tahu? Saya kan ibunya? Saya ingin tahu cerita apa yang sudah dia buat? Kalau hanya membuat cerita saja dia sudah tidak mau menunjukkan, bagaimana dengan yang lain?”

Aku sedikit mulai paham arah kegelisahan si Ibu. Ia mulai khawatir ketidakmauan putrinya menunjukkan hasil karyanya merupakan awal ia akan tertutup pada ibunya untuk hal yang lain. Namun, apakah benar seperti itu representasinya?

“Mungkin ibu perlu melakukan sesuatu agar tidak terganggu dengan pikiran-pikiran itu.” Komentarku setelah mendengar penuturannya.

“Bagaimana menurut Ibu?” katanya antusias.

“Begini Bu, ibu harus mengembangkan pemikiran yang lain, lalu melakukan pendekatan yang lain juga.”

“Bagaimana maksudnya Bu?”. Ia kesulitan menangkap maksudku. Aku memang harus menjelaskan satu per satu. Masalah yang beliau hadapi bisa jadi ringan. Namun jika salah penanganan ia akan jadi masalah yang serius.

“Bu, kita harus memahami karakter dan keunikan masing-masing anak kita. Kadang kita lupa bahwa sikap mereka sebenarnya adalah hasil didikan kita, baik kita sadar atau tidak menyadarinya.”

“Wah, iya Bu, benar.” Wajahnya mulai berbinar. Matanya terlihat sedang menerawang. Pasti ia sedang mengingat apa saja yang ia lakukan selama ini dalam memperlakukan anaknya sehari-harinya. Apakah ia tipe ibu yang selalu bertanya tentang kegiatan anaknya? Apakah ia ibu yang selalu memberi saran dan instruksi pada anaknya? Apakah ia sudah menjadi teman diskusi anaknya? Apakah ia pernah menanyakan pada anaknya tentang sikapnya sebagai ibu? Apakah ia ibu yang sibuk dengan kegiatannya sendiri? Itu pertanyaan-pertanyaan di kepalaku yang kuterjemahkan berdasarkan tatapan matanya. Beberapa waktu yang diam menurutku sangat penting untuk pengendapan pikiran dan menimbulkan kejernihannya.

“Bu, apa tidak sebaiknya ibu menyarankan hal yang lain untuk sofi?”

“Apa misalnya Bu?”

“Ibu minta Sofi menerbitkan tulisannya dalam bentuk buku. Apresiasi saja usaha menulisnya dalam bentuk lain. Cetakkan sesuai dengan kemampuan dana saja. Cari penerbit indie saja, tidak perlu penerbit besar yang harus bersaing dengan penulis yang sudah punya nama. Sekarang banyak penerbitan buku on demand. Jadi, Ibu tidak perlu ribut menanyakan isi tulisannya.”

“Wah ide bagus Bu. Saya paham apa yang harus saya lakukan. Makasih ya Bu pencerahannya.” Saya tersenyum sambil mengangguk.

“Ma, Ayuk Pulang.” Suara Sofi menghentikan pembicaraan kami. Semua pertimbangan dan keputusan ada di tangan si ibu. Tangan ibu merangkul putrinya dan membawanya pulang.

Cuplikan novel di atas memuat nilai-nilai kehidupan yang berasal dari pemikiran tokoh aku.

Berilah tanda centang (√) pada kolom BENAR atau SALAH setiap pernyataan berikut sesuai dengan bacaan.

Pernyataan

Benar

Salah

Jangan memaksakan kehendak terhadap keinginan kita meskipun pada anak sendiri.

Berusaha menjadi ibu terbaik dengan cara memilihkan tempat melanjutkan sekolah yang berkualitas.

Pelajaran terbaik akan didapatkan dengan cara mau menerima masukan dari orang lain.

Berusaha sabar terhadap apa yang sedang dihadapi dan tidak mencampuradukkan masalah.

Menolong orang lain perlu dilakukan dengan pertimbangan tidak sampai mengorbankan diri sendiri.

Pembahasan
Pernyataan 1 benar karena ibu terkesan memaksa saat anaknya tidak mau bercerita. Pernyataan 2 salah karena bukan itu permasalahannya. Pernyataan 3 benar karena ibu bersedia menerima pendapat tokoh aku. Pernyataan 4 salah karena masalahnya bukan sedang mencampuradukkan masalah. Pernyataan 5 salah karena tokoh aku tidak sedang mengorbankan diri sendiri.

No comments: