Menu

Mewujudkan Daya Tahan, Daya Saing Dan Keunggulan Lokal Yang Berkelanjutan Bagi Sumber Daya Alam Dan Sumber Daya Manusia Bojonegoro


H.Abdul Jalil, M.Pd.
(Alumni IKIP Malang (S-1 tahun 1994) dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta (S-2 tahun 2010). Sekarang menjadi tenaga pendidik di SMA Negeri 1 Bojonegoro sejak tahun 1995 sampai sekarang)

Banyak hal yang menjadi batu sandungan dalam membangun sebuah peradaban. Keterbatasan mental spiritual yang ada dalam diri masyarakat sebuah wilayah sangat menentukan berkembang maupun  tidaknya masyarakat dan wilayah tersebut. Ironisnya, hal tersebut sebagai pemicu utamanya. Banyak pemikiran dan solusi yang terus berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran sekelompok masyarakat yang terus ingin maju membangun wilayahnya. Apapun yang mereka impikan, akan terus mereka upayakan untuk terwujud. Oleh karena itu, yang hilang dalam lingkungan mereka, segera akan mereka rebut kembali. Segala sesuatu yang berjalan baik, akan terus berlanjut untuk mereka kembangkan. Sehingga apapun yang kurang, akan terus mereka sempurnakan.

Adanya beberapa permasalahan yang berkembang dalam masyarakat, semua akan terkait dengan bagaimana masyarakat tersebut menyikapi permasalahan. Bekal utamanya adalah dengan menitikberatkan pada perwujudan daya tahan, daya saing, dan keunggulan yang berkelanjutan dari masyarakat tersebut. Terkait dengan hal tersebut, penulis mencoba menyikapi  persoalan yang ada hubungannya dengan bagaimana mewujudkan daya tahan, daya saing, dan keunggulan yang berkelanjutan dari sekelompok masyarakat agar tetap survive dalam membangun masyarakat yang beradab.

Termasuk masyarakat Bojonegoro yang terus membangun peradaban di tengah semaraknya permasalahan yang melingkupi baik keadaan mental spiritual masyarakatnya maupun kondisi fisik lingkungannya. Tanah gerak, banjir, kemarau, rusaknya lingkungan secara fisik dan penduduknya secara spiritual karena transformasi energi semisal eksploitasi minyak bumi adalah beberapa permasalahan yang terus berkembang dalam masyarakat dan wilayah Bojonegoro. Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadikan diri masyarakat Bojonegoro semakin terpuruk. Masyarakat Bojonegoro yakin, bahwa masih ‘banyak jalan menuju roma’ masih banyak yang belum diberdayakan dari masyarakat dan kekayaan alam Bojonegoro agar menjadi wilayah yang unggul dan beradab yang berkelanjutan di tengah perkembangan
masyarakat Indonesia maupun dunia. Sikap dan pemikiran penulis akan tertuang dalam beberapa pembahasan berikut.
Pembahasan
            Persoalan pertama, bagaimana mewujudkan daya tahan ditengah permasalahan yang dialami Haqi dan sepuluh temannya yang berekreasi di Pulau Junda, sebuah pulau terpencil yang tidak berpenghuni dengan luas 30,29 hektar tanpa adanya listrik dan hanya bisa didarati perahu tongkang kecil. Permasalahan mulai muncul pada saat mereka tidak lagi bisa pulang ke rumah masing-masing. Sebab perahu mereka hancur diterjang badai, bekal makanan mereka yang hanya cukup untuk 8 hari sudah menipis, dan lima orang di antara mereka jatuh sakit. Diberitakan pula, bahwa di wilayah sekitar pulau yang mereka singgahi akan terjadi badai dan gelombang besar yang akan menghantam pulau tersebut hingga empat bulan ke depan. Hanya tinggal Haqi, Didik, dan Totoy yang sibuk berdebat di tengan permasalahan yang melanda mereka. Di antara ketiganya, hanya Haqi yang masih punya prinsip dan keyakinan. Sebab hanya Haqi yang bisa menerima kenyataan, yakni mereka (Haqi dan sembilan temannya) tidak bisa pulang tetapi harus tetap survive dan bertahan hidup di tengah permasalahan tersebut. Sedangkan Didik dan Totoy hanya bisa menyalahkan Haqi. Sampai kapan mereka akan terus saling menyalahkan? 
Dalam menyikapi hal tersebut, penulis lebih cenderung pada pemikiran Haqi. Sebab di tengah sebuah krisis yang dialami sekelompok masyarakat harus tetap ada sosok atau figur yang tampil di depan untuk mengambil sikap dalam menumbuhkan keyakinan dan pemikiran yang cemerlang dalam mengatasi permasalahan. Keyakinan dan pemikiran dengan ide-ide yang rasional tanpa mengedepankan egoisme dan amarah. Jika hal tersebut terwujud, maka tidak mustahil nilai keberuntungan dapat diraih oleh sekelompok masyarakat yang dilanda permasalahan tersebut. Jadi, sosok atau figur inilah yang akan menjadi pelor pemicu untuk mengatasi permasalahan tanpa perselisihan baik fisik maupun pemikiran. Hal tersebut, telah hadir dalam diri Haqi.
Apa yang harus dilakukan, bila ternyata sampai empat bulan gelombang dan badai besar terus menghajar pulau itu? Persoalan yang menyangkut kesepuluh anak yang berekreasi di Pulau Junda adalah sebuah keajaiban hidup, jika mereka bisa melewati persoalan tersebut. Sukses adalah keajaiban hidup. Selamanya ia akan tergadai dan kita bisa menebusnya dengan kesungguhan niat, kerja keras, kecerdasan berpikir, kedewasaan sikap, serta kepasrahan total kepada-Nya.
Keajaiban biasanya lahir pada situasi yang tidak mungkin. Tetapi selalu ada penjelasan untuk memahami bahwa keajaiban itu menjadi sebuah kewajaran hidup. Misalnya, kita mungkin akan menyebut bahwa Nabi Nuh yang selamat dari banjir besar yang mengerikan sebagai sebuah keajaiban. Begitu juga dengan Nabi Ibrahim yang tetap tidak tersentuh oleh api walaupun dibakar dengan api yang sangat besar. Ini juga kita sebut dengan keajaiban. Demikian pula dengan Nabi Musa bersamanya kaumnya yang tiba-tiba bisa selamat dari anacaman pembantaian firaun yang mengerikan, karena secar mengejutkan bisa menyeberangi laut merah, kita juga mengatakan hal ini sebagai sebuah keajaiban.
Keajaiban biasanya juga lahir dalam ketidaknormalan keadaan. Putra-putri negeri ini yang meskipun miskin tetapi bisa berprestasi, orang-orang cacat yang justru bisa menunjukkan keahlian kerja melebihi manusia normal, para pebisnis yang meraih laba besar dalam situasi ekonomi krisis, sepasukan unit tempur yang jumlahnya sedikit yang dapat mengalahkan lawan yang jumlahnya jauh lebih banyak, orang-orang yang karena penyakit yang dideritanya lalu divonis akan mati dalam beberapa waktu ke depan, tetapi justeru bisabertahan hidup lebih lama. Semua itu adalah keajaiban dalam hidup.
Tetapi sumber dari segala sumber keajaiban adalah (1) kerja keras, (2) usaha tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, (3) serta ketergantungan dan keyakinan yang penuh kepada Tuhan Yang Maha Sempurna segala sifat-sifat-Nya. Dikatakan pula, bahwa peluang untuk menciptakan keajaiban hidup ada dalam jangkauan orang-orang yang memiliki (1) kesungguhan niat, (2) kerja keras, (3) kecerdasan berpikir, (1) kedewasaan dan kematangan sikap, dan (4) harapan dan kepasrahan total kepada-Nya. Maka, tidak mustahil orang-orang yang berkarakter tersebut di atas benar-benar akan dapat menciptakan keajaiban hidup atas izin-Nya.
Haqi memiliki obsesi untuk tetap bertahan hidup di Pulau Junda yang terpencil jauh dari pemukiman. Belum lagi kondisi lima temannya yang sakit, persedian bekal makanan yang semakin menipis, dan ditambah lagi adanya ancaman badai dan gelombang besar selama kurang lebih empat bulan ke depan. Bagaimana mereka harus bisa bertahan? Penulis berkeyakinan, bahwa Haqi memiliki kesempatan untuk menghidupkan kembali keyakinan pada Sembilan temannya. Mereka belumlah mati secara fisik. Mereka masih banyak kesempatan dengan memperdayakan mental untuk tetap bisa survive di tengah krisis yang mendera. Haqi harus bisa menggugah kembali semangat teman-temannya yang nyaris putus asa. Bahwa masih banyak yang bisa mereka manfaatkan dari keberadaan sumber alam yang ada di Pulau Junda tersebut. Keberadaan sumber daya alam baik hewan, tanaman maupun tumbuh-tumbuhan. Semua bisa dipilih untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman, tempat berteduh dan berlindung, juga kebutuhan lainnya. Sambil menunggu keajaiban-Nya, mereka juga harus berupaya secara spiritual untuk tetap bermohon dan berharap pada-Nya, sehingga nantinya bantuan pertolongan dari tim penyelamat segera hadir untuk menolong mereka. Bahkan kemungkinan akan terjadi sebaliknya, mereka justeru dapat menciptakan keajaiban yakni dengan membangun peradaban baru di pulau terpencil dengan segala keterbatasannya. Tanpa harus menunggu bantuan pertolongan dari siapapun kecuali dari-Nya semata.
Meskipun obsesi Haqi dan sembilan temannya dapat dikatakan tidak mungkin dicapai. Tetapi, jika Haqi dan sembilan temannya memiliki kesungguhan niat, kerja keras, kecerdasan berpikir, kedewasaan dan kematangan sikap, harapan dan kepasrahan total kepada-Nya dalam menghadapi situasi yang serba tidak mungkin. Hasilnya, bukan mustahil mereka akan benar-benar dapat menciptakan keajaiban hidup atas izin-Nya.
Persoalan kedua, bagaimana merancang dan mewujudkan daya saing serta mewujudkan sinergitas antaranggota masyarakat di suatu pulau yang berpenduduk 5000 orang dengan tetap harmonis tanpa menimbulkan konflik? Sebab mereka sudah merasakan kenyamanan hidup yang bersandar pada bercocok tanam dan menangkap ikan/nelayan dengan pola hidup yang sangat sederhana baik sandang, pangan, dan papan (perumahan). Hal itu membuat mereka ingin terus memperbaiki diri dari segi kualitas hidupnya. Mereka tidak hanya ingin memanfaatkan apa adanya yang ada di sekitar tempat hidupnya, tetapi ingin memiliki target hidup yang lebih obsesif dan menantang. Misalnya rumah yang lebih beradab dari bahan semen dan batu-bata, tidak hanya tinggal di dalam rumah yang sederhana seperti gua atau rumah kayu beratap daun. Bagaimana mereka mewujudkannya?
Dalam kehidupan kemungkinan kita tidak akan menghadapi situasi kehidupan yang seluruhnya mudah. Ada saat-saat yang kita hadapi menjadi semakin menantang. Kita sekarang mungkin sedang punya target yang begitu besar dan obsesif, tetapi kita merasa tidak mudah untuk mewujudkannya. Sebab kita harus tangguh dan mampu bersaing dalam bentuk apapun, seiring dengan perkembangan peradaban kehidupan. Agar kita mampu, tangguh, dan memiliki daya saing dalam rangka meningkatkan peradaban kehidupan, maka yang kita perlukan adalah meningkatkan mutu kinerja kita dengan beberapa langkah berikut ini.
1)   Menanamkan keyakinan, jika kita yakin sesuatu bisa kita wujudkan, maka pikiran akan mencari cara untuk mewujudkannya dan secar fisik pun kita siap bekerja untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa Tuhan bisa memberikan  dan melakukan yang terbaik untuk kita, selama kita selalu melakukan kerja dan ikhtiar terbaik sebagaimana yang diperintahkan-Nya.
2)   Menambah pengetahuan yang semakin beragam, kita pasti pernah mengalami kebuntuan berpikir sehingga jalan terbaik adalah banyak membaca pengetahuan di sekitar kita. Hal itu, dapat dilakukan melalui membaca alam di sekitar kita dengan jalan bertanya pada orang yang lebih tahu.
3)   Menambah keahlian dalam bekerja, kita tidak cukup bekerja dengan hanya mengandalkan keyakinan dan pengetahuan saja. Kita butuh bekerja dengan keahlian yang benar-benar bisa diandalkan untuk bersaing. Keahlian bekerja hanya dapat kita miliki kalau kita tidak takut mencoba, memulai, dan mengawali sebuah langkah. Selain itu, kita harus selalu meningkatkan mutu dalam bekerja dengan cara meningkatkan ketepatan,kecepatan, kecerdikan, keluwesan, kekompakan, keunikan kita dalam bekerja.
4)   Menanamkan mental positif dan konstruktif, kita bekerja tidak hanya berhadapan dengan benda-benda tetapi juga akan selalu berhadapan dengan manusia. Jika benda-benda dapat kita koordinasikan, tetapi tidak demikian dengan manusia. Di sinilah kita harus menyadari bahwa peran keterampilan teknis dalam bekerja tidaklah lebih besar jika dibanding peran keterampilan psikologis. Makanya, kita harus bekerja dengan mental positif dan konstruktif. Kita tidak akan mudah menyalahkan orang lain jika kita gagal. Tetapi justru sebaliknya, kita mau bertanggung jawab atas segala akibat buruk yang kita capai dari hasil bekerja.
5)   Menanamkan kreativitas, kita akan selalu menghadapi kenyataan bahwa emua sumber daya yang kita butuhkan untuk dapat meraih sukses tidak selalu tersedia secara melimpah. Tetapi kreativitas dalam diri kitalah yang terus kita gali untuk dapat mengubah ketidakberlimpahan itu menjadi berlimpah.
6)   Menumbuhkan koneksi dan relasi, dalam kehidupan kita bisa untuk hidup sendiri tetapi kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain dalam membantu meraih usaha kita yang lebih obsesif dan menantang. Maka, kita butuh koneksi dan relasi dengan orang lain dalam situasi dan kondisi apapun.
7)   Menanamkan potensi dan bakat, kita tidak akan langsung menemukan potensi dan bakat kita dalam bekerja, tetapi seiring dengan pengalaman hidup akan dapat menemukan bakat dan potensi yang diberikan Tuhan pada kita. Akan jauh lebih produktif jika kita bekerja sesuai dengan potensi dan bakat kita.
8)   Menangkap peluang keberuntungan, peluang untuk sukses selalu datang tidak melalui pemberitahuan lebih dahulu. Maka, perlu kesiapan setiap saat agar dapat lebih sensitif dan waspada terhadap datangnya peluang sukses itu. Begitu peluang untuk sukses itu datang, maka dengan cepat dan tepat kita dapat mengubahnya menjadi keberuntungan.
Terkait dengan persoalan yang dihadapi kurang lebih 5000 orang di suatu pulau untuk terus memperbaiki diri dari segi kualitas hidupnya. Mereka tidak hanya ingin memanfaatkan apa adanya yang ada di sekitar tempat hidupnya, tetapi ingin memiliki target hidup yang lebih obsesif dan menantang. Yakni dengan mengubah pola hidup yang sangat sederhana baik sandang, pangan, dan papan menjadi kehidupan yang lebih beradab. Oleh karena itu, harus ada kesadaran yang penuh di antara mereka untuk memilih sosok tokoh atau figur yang memiliki sembilan dasar ikhtiar atau usaha meraih sukses di atas. Selain itu, sosok atau figur tersebut adalah seorang yang tangguh, cerdas, terampil, bijak dan santun serta jujur dalam berpikir, berucap dan  bertindak.
Menghadapi 5000 orang dengan beragam karakter dan keinginan bukanlah pekerjaan yang ringan. Akan tetapi, seberat apapun sebuah pekerjaan harus kita coba untuk menyelesaikan dan dengan harapan ending yang memuaskan. Terkait dengan keberadaan 5000 orang yang memiliki keinginan dan kemampuan yang berbeda untuk  membangun peradaban kehidupan mereka. Keberadaan sosok tokoh atau figur inilah yang sangat berperan penting di sini.
Seorang sosok atau figur di atas adalah sosok atau figur yang memiliki daya saing yang tangguh dalam segala situasi dan kondisi. Dia adalah sosok yang tidak mudah menyerah dengan keadaan dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Dia adalah sosok yang bertanggung jawab, meskipun ketidakberuntungan menimpa diri dan masyarakat yang dipimpinnya. Keterbatasan bagi diri dan lingkungannya bukanlah permasalahan, tetapi sebagi bagian dari pelor yang tetap melesat untuk maju. Di samping itu, figur atau tokoh ini harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menanamkan karakter manusia berkeyakinan, kaya pengetahuan dan keahlian, bersikap positif dan konstruktif, kreatif, selalu ingin berkoneksi dan berelasi dengan yang lain, memiliki potensi dan bakat, serta mampu menangkap peluang keberhasilan terhadap 5000 warganya.
Merupakan sebuah keniscayaan, bahwa peradaban pulau yang sudah merasakan kenyamanan hidup yang bersandar pada bercocok tanam dan menangkap ikan/nelayan dengan pola hidup yang sangat sederhana baik sandang, pangan, dan papan (perumahan) yang dipimpin sosok figur atau tokoh dan 5000 masyarakat yang dipimpinnya menjadi berubah selaras dengan keinginan masyarakat di pulau tersebut. Sebab modal utama untuk menjadi manusia tangguh dan berdaya saing telah mereka miliki. Selain itu, mereka juga terus berikhtiar dan berusaha untuk menyempurnakan apa yang telah mereka miliki baik dari hasil bercocok tanam maupun menangkap ikan dalam bentuk karya yang inovatif dan bervariasi. Misalnya hasil tanaman bisa mereka kemas dengan baik dari segi fisik barangnya nmaupun bungkusnya. Demikian pula dengan hasil laut berupa tangkapan ikan, mereka mengolahnya dengan kreativitas baru, sehingga hasil bumi dan laut yang mereka miliki  mampu bersaing dengan hasil bumi dan laut dari penduduk di pulau lainnya.
Karya hasil bumi dan laut mereka kemudian memiliki ciri atau karakter sejalan dengan karakter manusia di pulau yang sekarang ini mereka tempati. Karya hasil bumi dan laut yang mereka miliki memiliki daya saing dengan hasil bumi dan laut dari penduduk di pulau lainnya.  Yakni manusia-manusia berkeyakinan kuat, kaya pengetahuan dan keahlian, bersikap positif dan konstruktif, kreatif, selalu ingin berkoneksi dan berelasi dengan masyarakat/penduduk pulau lain, memiliki potensi dan bakat, serta mampu menangkap peluang keberhasilan. Mereka juga meyakini, bahwa Tuhan tidak akan mungkin mengubah nasib dan kehidupan mereka. Kecuali mereka sendiri yang berikhtiar dan berusaha untuk bisa mengubah nasib dan kehidupannya.
Persoalan ketiga, kemampuan daya tahan dan daya saing penduduk di suatu pulau tidak lantas membuat penduduk di pulau tersebut merasa puas. Mereka ingin agar produk yang meraka hasilkan semakin luas pemasarannya hingga terkenal di seluruh dunia. Mereka ingin  bahwa produk hasil olahan kekayaan bumi dan laut yang mereka miliki mempunyai keunggulan yang berkelanjutan. Bagaimana mereka bisa mewujudkan agar produk hasil bumi dan laut yang dimiliki bermanfaat bagi masyarakat dunia? Bagaimana menjaga keberlanjutan apa yang sudah mereka capai?  Apa yang harus mereka lakukan agar produk hasil bumi dan laut yang dimiliki meningkat kualitas dan kuantitas daya tahan, daya saing, dan keunggulannya?
Setiap langkah kemajuan yang kita raih tidak pernah lepas dari ikhtiar atau usaha besar kita yang tak putus-putusnya. Ikhtiar atau usaha tersebut dibarengi dengan kerangka besar berpikir. Berpikir adalah gambar besar dan luas tentang realita kehidupan kita, yang akan memberi peluang yang ada di berbagai wilayah kehidupan yang bisa kita raih. Berpikir juga akan menumbuhkan minat untuk berbuat, harapan untuk mewujudkan, dan cita-cita untuk direalisasikan. Oleh karena itu, setiap hasil usaha yang dapat dikatakan sempurna, pasti membutuhkan kerangka berpikir yang strategis, faktual, dan fokus. Adapun masing-masing definisi dari kerangka berpikir tersebut antara lain:
1) Berpikir strategis adalah berpikir untuk mewujudkan visi, cita-cita, dan harapan hidup kita dengan jalan mendesain langkah-langkah atau cara-cara yang dibutuhkan untuk sampai ke sana, dengan mengelola sumber daya yang ada dan kita miliki.
2) Berpikir faktual adalah berpikir untuk tujuan memahami dan mengerti tentang fakta dan realita kita saat ini. Fakta dan realita kita meliputi segenap potensi, bakat, dan karakter, kepribadian, serta pengalaman hidup kita. Kita perlu mengerti setelah kita melihat gambar besar kehidupan kita dan akhirnya bisa menyusun sebuah peta sukses ke depan melalui berpikir strategis.
3) Berpikir fokus adalah berpikir secara khusus dan penuh konsentrasi untuk mewujudkan rencana hidup kita sampai menjadi kenyataan, melalui serangkaian kendali dan pengawasan atas kemajuan pelaksanaannya.
            Masing-masing cara berfikir di atas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain guna menumbuhkan minat untuk berbuat, harapan untuk mewujudkan, dan cita-cita untuk direalisasikan. Kembali kepada persoalan ketiga, sebuah pulau dengan penduduknya yang sudah memiliki daya tahan kehidupan dan daya saing dalam hal produk hasil bumi dan kelautannya di tengah kancah kehidupan, masih mengatakan belum sempurna jika belum menjadi bagian masyarkat dunia yang memiliki keunggulan yang berkelanjutan. Yakni keunggulan dari segi daya tahan penduduknya dalam menghadapi dan menyelesaikan krisis yang melanda dan daya saing produk hasil bumi dan kelautannya yang sudah menjadi trade mark yang mengglobal dan berkelanjutan.
            Keungualan tersebut hanya bisa dicapai dengan beberapa cara. Pertama,  penyusunan langkah yang strategis dalam menggapai visi, cita-cita, dan harapan hidup masyarakat pulau tersebut. Visi, cita-cita, dan harapan hidup masyarakat pulau adalah terbangunnya peradaban baru di pulau tersebut dari pengembangan potensi alam (bumi dan laut) yang semakin lama semakin mengarah ke tingkat kesempurnaan. Sehingga langkah yang paling strategis adalah memanfaatkan berbagai potensi yang ada dalam masyarakat pulau tersebut melalui akses perdagangan antarpulau serta penyebaran informasi tentang produk keunggulan lokal melalui jaringan infomasi (baik cetak maupun elektronik). Kedua, pemahaman dan pengertian tentang fakta dan realita keadaan pulau tersebut dengan segala kondisinya saat ini. Fakta dan realita tersebut meliputi segenap potensi, bakat, dan karakter, kepribadian, serta pengalaman hidup penduduk di pulau tersebut. Mereka perlu mengerti setelah itu mereka melihat gambar besar kehidupan mereka dan kemudian bisa menyusun sebuah peta sukses ke depan melalui berpikir strategis. Hal ini berarti, masyarkat pulau harus dengan kesadaran tinggi mengembangkan segenap potensi, bakat, dan karakter, kepribadian, serta pengalaman hidup mereka di tengah kancah persaingan hasil produk (bumi dan kelautan) mereka, sehingga produk-produknya mampu bersaing dan menjadi produk andalan yang perlu dipertimbangkan di kancah perdagangan dunia. Ketiga, penduduk atau masyarakat pulau harus lebih terfokus dalam melakukan pengkajian terus-menerus terhadap hasil produknya, baik mulai dari proses pengelolaan, pengolahan dan pengemasan, maupun sampai dengan proses pemasaran. Dengan berfikir fokus ini, diharapkan pemikiran yang mungkin untuk bisa berubah di tengah proses perkembangan hidup dalam masyarakat pulau tersebut seminimal mungkin untuk dihindari.
            Pada akhirnya, masyarakat di pulau tersebut akan dapat merasakan benar perubahan yang akan terjadi di wilayah pulau mereka. Sebab pulau mereka tidak hanya dikenal karena wilayahnya saja, melainkan hasil produk unggulannya (hasil bumi dan kelautan) yang juga dikenal banyak orang di pulau lain. Bahkan, kemungkinan produk unggulan mereka menjadi mendunia dan berkelanjutan. Semua itu terwujud disebabkan usaha mereka untuk bisa mengubah diri dan lingkungannya termasuk hasil produk unggulannya dengan cara berpikir strategis, faktual, dan fokus. Disamping diimbangi dengan kesadaran tinggi mengembangkan segenap potensi, bakat, dan karakter, kepribadian, serta pengalaman hidup mereka secara terus-menerus.
Persoalan keempat, penulis merasa terpanggil menyumbangkan gagasan dalam rangka berupaya menumbuhkan partisipasi aktif masyarakat untuk berperan dalam proses perencanaan pembangunan kabupaten Bojonegoro sekaligus memberikan implementasi bootom up planning serta memberikan sharing gagasan pembangunan Bojonegoro 25 tahun ke depan.  Satu persatu penulis mencoba mencermati persoalan tentang sebuah upaya untuk mewujudkan daya tahan, daya saing, dan keunggulan yang berkelanjutan bagi Bojonegoro.
Pertama, bagaimana Bojonegoro dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri seperti pangan, energi, pendidikan, dan kebutuhan lainnya? Apa saja kebutuhan yang harus dipenuhi? Bagaimana cara mewujudkannya? Berapa lama waktu yang diperlukan? Modal apa yang sudah ada, masalah apa yang dihadapi, dan bagaimana menyelesaikannya?
Bidang pangan, Bojonegoro merupakan salah satu wilayah agraris yang lumayan maju di antara wilayah kabupaten lain di Jawa Timur, bahkan di Indonesia. Tanaman padi, jagung, dan tembakau telah menjadi ikon utamanya dalam hal mata pencaharian penduduknya yang sebagian besar sebagai petani. Hasil cocok tanam di Bojonegoro lambat laun terus meningkat dan meningkat, sehingga hasilnya sudah dapat dirasakan oleh masyarakat setempat. Bidang energi, Bojonegoro telah banyak menyumbangkan investasi nasional meskipun sebagian kecil juga bisa dirasakan masyarakatnya melalui eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Sebagaimana diungkapkan oleh Kang Yoto (Bupati Bojonegoro) dalam tulisan “Meyakini Optimisme Indonesia” yang ditulis setelah mengikuti forum Second Indonesia Talkshow di Beijing China pada tanggal 27 Mei 2012 yang mengambil topik “Tourism, Trade and Invesment, sebagai berikut.
“Secara sosial kita sanggup kawal industri berbasis migas, memuaskan target nasional tapi juga menguatkan lokal. Perda investasi dan penguatan lokal menjadi bukti Bojonegoro sanggup dan mampu melembagakan proses politik dan berpikir jangka panjang”.

Sedangkan di bidang pendidikan Bojonegoro telah berusaha semaksimal mungkin mengupayakan menggandeng masyarakat pendidikan di tingkat SMP/SMA/SMK untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan Desa Mitra dan Pemberantasan Buta Aksara. Launching dan pelaksanaannya sudah diatur dan sebagian sudah terlaksana. Bojonegoro merupakan wilayah dengan modal alam yang potensial dan penduduknya yang dinamis dan kreatif terus mengupayakan perubahan untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu, dukungan oleh program komunikasi yang terbuka dan transparan antara birokrat dengan masyarakat melalui media Dialog Jumat, jejaring sosial, website, email dan telepon, akan tetap terus diupayakan terprogram dan dikembangkan keberadaannya. Semua berjalan demi menuju Bojonegoro yang lebih baik. Tentunya, masih ada beberapa hal yang butuh sentuhan demi kesempurnaan. Jujur, banyak hal yang masih banyak perlu sentuhan, diantaranya yang paling utama adalah modal sosial (mental spiritual) penduduknya, sehingga bisa terwujud manusia yang berkarakter (character building).
Kedua, bagaimana Bojonegoro dapat menciptakan daya saing di tengah kancah perkembangan kehidupan negara dan dunia semakin mengglobal dan dinamis. Jika modal sosial telah terwujud tidak menutup kemungkinan perjalanan pengembangan produk unggulan baik di bidang pertanian, peternakan, kerajinan, pariwisata, dan energi diupayakan akan terus dikembangkan untuk dapat memiliki daya saing dibanding wilayah (kabupaten dan kota) lain di Indonesia bahkan sampai mendunia. Salah satunya adalah melalui pelaksanaan program Desa Mitra.
Bojonegoro melalui program Desa Mitra memilih komitmen mendorong terwujudnya desa mandiri dan berkelanjutan sebagai basis pembangunan masyarakat dan ikut terlibat dalam pembangunan karater (character building) masyarakat yang kelak diharapkan  menjadi pondasi  terwujudnya modal sosial. Diungkapkan pula oleh Kang Yoto dalam tulisannya yang berjudul “Saat Bojonegoro Diperbincangkan dalam Forum Dunia, Peluang dan Tantangan untuk Kita” yang ditulis setelah mengikuti forum internasional yang bertajuk Global Commnity Forum di Boston New York pada tanggal 27 Oktober 2012, sebagai berikut.
“Masalah yang dihadapi negara berkembang dalam memanfaatkan demokrasi bukan soal kemiskinan ekonomi, namun yang jauh lebih berbahaya adalah kemiskinan sosial, karena itulah harus dibangun modal sosial. Kiranya, agak susah membangun demokrasi sementara mentalitas sosialnya peminta, iri, dengki,  tertutup terhadap semua kemungkinan yang baik, mengandalkan budaya ‘ngrasani’ dalam memperoleh informasi dan kebenaran. Karena itu tidak ada pilihan kecuali harus membangun karakter lewat pendidikan. Untuk  inilah Bojonegoro memilih menggelorakan semangat kejujuran dalam pendidikan.”

Selanjutnya diungkapkan Kang Yoto dalam judul tulisan dan forum yang sama di atas, sebagai berikut.
“Saya juga menceritakan pembangunan karakter lewat pengenalan mentalitas negatif, penguatan mentalitas positif dan memerilahanya lewat pendekatan ritual. Saya tidak bisa menjelaskan JSA (Jalan Sukses Al-Fatihah) karena di forum itu hanya hitungan jari yang muslim.”

Penanaman mental daya saing dalam masyarakat Bojonegoro begitu susahnya. Akan tetapi, hal itu tidak mudah menyurutkan semangat para pencetus kebijakan (birokrat) untuk tetap memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat Bojonegoro. Menurut mereka, rakyat adalah raja dan pemerintah adalah pelayannya. Jika keinginan mereka sudah terpenuhi, maka bagaimana timbal balik masyarakat untuk memberikan pengabdian yang seimbang terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Melalui karakter yang sudah membumi, diharapkan mereka mampu memiliki daya saing baik dari segi modal produk unggulan hasil olahan (pertanian, peternakan, kerajinan, pariwisata, dan energi) maupun segi modal sosial (character buiding).
Ketiga, selanjutnya setelah dimilikinya daya tahan dan daya saing bagi masyarakat Bojonegoro termasuk di dalamnya hasil bumi dan alamnya, maka bagaimana Bojonegoro dapat mewujudkan keunggulan yang berkelanjutan? Ada tiga hal yang perlu mendasari terciptanya keunggulan yang berkelanjutan, yakni harmonisasi antara visi, kerja keras, dan kepasrahan.
Visi Bojonegoro adalah “Kebangkitan Menuju Bojonegoro Matoh Yang Sejahtera, Madani, dan Berdaya Saing”. Dari visi inilah akan kita ketahui arah masyarakat Bojonegoro dalam beraktivitas. Visi juga akan menentukan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas masyarakat Bojonegoro dan dari visi tersebut juga dapat kita lihat bagaimana upaya masyarakat Bojonegoro meraih visi secara ideal dan berkelanjutan. Dalam rangka meraih visi diperlukan kerja keras, sebab tanpa adanya kerja keras masyarakat Bojonegoro akan susah memperkenalkan wilayah, penduduk, dan produk keunggulan kepada masyarakat umum (Indonesia maupun dunia). Selanjutnya diungkapkan Kang Yoto dalam judul tulisan dan forum yang sama di atas, sebagai berikut.
  “Bagi saya, apresiasi itu tentu bermakna, modal buat Bojonegoro berkomunikasi dengan dunia luar. Tidak terlalu penting apakah mereka akan benar-benar datang ke Bojonegoro atau tidak.  Namun yang jauh lebih penting adalah kesadaran bahwa kita akan diperhitungkan dan dihargai oleh pihak lain, segalanya tergantung kita sendiri, usaha kita sendiri. Masa depan Bojonegoro, terwujudnya mimpi indah, nan jaya, sejahtera, hijau indah asri, semua terpulang kepada kita sendiri. Saya sendiri juga tidak tahu pasti, apa yang akan terjadi pada Bojonegoro, dalam lima, sepuluh, duapuluh lima tahun atau berapa tahun lagi. Namun yang saya tahu pasti bahwa masa depan yang lebih baik itu tidak akan pernah datang dengan sendirinya. Kita harus mengusahakannya menjadi nyata dengan segala usaha bersama atau sendiri menghadapi kekurangan dan keterbatasan. Seharusnya kita bisa!”

Jika visi memberikan arah dalam membangun Bojonegoro dan kerja keras member pegangan pencapaian tahap demi tahap menuju visi Bojonegoro, maka kepasrahan memberikan kekuatan jiwa masyarakat Bojonegoro untuk dapat berjiwa besar ketika sukses mencapai visi ataupun gagal mencapai visi tersebut. Sebab kepasrahan adalah kepercayaan manusia kepada Tuhannya yang Maha Menguasai dan Maha Mengatur secara mutlak segala urusan di dalam kehidupan ini, yang pasti akan memberikan yang terbaik kepada hambanya.
Maka ketika masyarakat Bojonegoro berhasil meraih visi, kepasrahan memberi kontrol untuk tidak takabur dan menjauhkan sifat melupakan Tuhan untuk terus meningkatkan kualitas diri. Ketika masyarakat Bojonegoro gagal meraih visi, kepasrahan ini member kendali untuk tidak mudah berputus asa dan memberi dorongan untuk tetap memulai usaha sekali lagi dengan cara yang berbeda yang lebih cerdas.
Penutup
            Dari uraian pembahasan empat persoalan di atas, penulis dapat menyimpulkannya sebagi berikut.
1)   Sebuah prestasi atau kesuksesan justeru akan lebih mudah lahir dan tumbuh dalam situasi krisis, sebab krisis itu lebih membangunkan kesadaran, lebih menggelorakan semangat, lebih menumbuhkan tanggung jawab, serta lebih melanggengkan semangat kompetisi, daya juang, dan daya tahan.
2)   Ketika krisis terjadi, seringkali kali kita merasa yang paling menderita. Akan tetapi, setelah kita menjalani dan melakukannya barulah kita menyadari bahwa melalui krisis ini Tuhan hendak mengajari kita untuk menjadi manusia yang kuat dan berdaya saing.
3)   Sukses adalah keajaiban hidup. Selamanya ia akan tergadai. Kita hanya bisa menebusnya dengan kesungguhan niat, kerja keras, kecerdasan berpikir, kedewasaan sikap, harapan, serta kepasrahan total kepada-Nya.
4)    Bojonegoro termasuk daerah yang rakyat dan politiknya semakin matang. Politik itu untuk kesejahteraan, bukan untuk memamerkan kekuasaan. Bojonegoro bisa mengelola kehidupan bersama menutup yang minus dan perlahan menambah yang plus. Toleransi, sinergi, apresiasi dan belajar bersama telah tampak mengemuka. Secara sosial kita sanggup kawal industri berbasis migas, memuaskan target nasional tapi juga menguatkan lokal. Perda investasi dan penguatan lokal menjadi bukti Bojonegoro sanggup dan mampu melembagakan proses politik dan berpikir jangka panjang. Bojonegoro juga matang dalam proses belajar dengan semboyan, “Apapun kita yang impikan, akan terus kita upayakan untuk terwujud. Oleh karena itu, yang hilang dalam lingkungan kita, segera akan kita rebut kembali. Segala sesuatu yang berjalan baik, akan terus berlanjut untuk kita kembangkan. Sehingga apapun yang kurang, akan terus kita sempurnakan.”

Akhirnya, penulis mengakhiri tulisan ini dengan harapan yang terangkum dalam kalimat berikut ini, “Kita tidak membutuhkan pahlawan besar yang selalu di depan kita, agar dapat memberikan motivasi hidup terhadap kita dan yang kita butuhkan hanyalah inspirasi-inspirasi besar untuk tumbuh, yang dapat kita serap setiap saat dari lingkungan keseharian kita. Wallahu’alam bisshawab ….