Banyak hal yang menjadi batu sandungan dalam membangun
sebuah peradaban. Keterbatasan mental spiritual yang ada dalam diri masyarakat
sebuah wilayah sangat menentukan berkembang maupun tidaknya masyarakat dan wilayah tersebut.
Ironisnya, hal tersebut sebagai pemicu utamanya. Banyak pemikiran dan solusi
yang terus berkembang seiring dengan perkembangan pemikiran sekelompok
masyarakat yang terus ingin maju membangun wilayahnya. Apapun yang mereka
impikan, akan terus mereka upayakan untuk terwujud. Oleh karena itu, yang hilang
dalam lingkungan mereka, segera akan mereka rebut kembali. Segala sesuatu yang
berjalan baik, akan terus berlanjut untuk mereka kembangkan. Sehingga apapun
yang kurang, akan terus mereka sempurnakan.
Adanya
beberapa permasalahan yang berkembang dalam masyarakat, semua akan terkait
dengan bagaimana masyarakat tersebut menyikapi permasalahan. Bekal utamanya
adalah dengan menitikberatkan pada perwujudan daya tahan, daya saing, dan
keunggulan yang berkelanjutan dari masyarakat tersebut. Terkait dengan hal
tersebut, penulis mencoba menyikapi
persoalan yang ada hubungannya dengan bagaimana mewujudkan daya tahan,
daya saing, dan keunggulan yang berkelanjutan dari sekelompok masyarakat agar
tetap survive dalam membangun
masyarakat yang beradab.
Termasuk masyarakat Bojonegoro yang terus membangun peradaban
di tengah semaraknya permasalahan yang melingkupi baik keadaan mental spiritual
masyarakatnya maupun kondisi fisik lingkungannya. Tanah gerak, banjir, kemarau,
rusaknya lingkungan secara fisik dan penduduknya secara spiritual karena transformasi
energi semisal eksploitasi minyak bumi adalah beberapa permasalahan yang terus
berkembang dalam masyarakat dan wilayah Bojonegoro. Akan tetapi, hal tersebut
tidak menjadikan diri masyarakat Bojonegoro semakin terpuruk. Masyarakat
Bojonegoro yakin, bahwa masih ‘banyak jalan menuju roma’ masih banyak yang
belum diberdayakan dari masyarakat dan kekayaan alam Bojonegoro agar menjadi
wilayah yang unggul dan beradab yang berkelanjutan di tengah perkembangan
masyarakat
Indonesia maupun dunia. Sikap dan pemikiran penulis akan tertuang dalam
beberapa pembahasan berikut.
Pembahasan
Persoalan pertama, bagaimana mewujudkan daya tahan
ditengah permasalahan yang dialami Haqi dan sepuluh temannya yang berekreasi di
Pulau Junda, sebuah pulau terpencil yang tidak berpenghuni dengan luas 30,29
hektar tanpa adanya listrik dan hanya bisa didarati perahu tongkang kecil.
Permasalahan mulai muncul pada saat mereka tidak lagi bisa pulang ke rumah
masing-masing. Sebab perahu mereka hancur diterjang badai, bekal makanan mereka
yang hanya cukup untuk 8 hari sudah menipis, dan lima orang di antara mereka
jatuh sakit. Diberitakan pula, bahwa di wilayah sekitar pulau yang mereka
singgahi akan terjadi badai dan gelombang besar yang akan menghantam pulau
tersebut hingga empat bulan ke depan. Hanya tinggal Haqi, Didik, dan Totoy yang
sibuk berdebat di tengan permasalahan yang melanda mereka. Di antara ketiganya,
hanya Haqi yang masih punya prinsip dan keyakinan. Sebab hanya Haqi yang bisa
menerima kenyataan, yakni mereka (Haqi dan sembilan temannya) tidak bisa pulang
tetapi harus tetap survive dan
bertahan hidup di tengah permasalahan tersebut. Sedangkan Didik dan Totoy hanya
bisa menyalahkan Haqi. Sampai kapan mereka akan terus saling menyalahkan?
Dalam menyikapi hal tersebut, penulis lebih cenderung pada
pemikiran Haqi. Sebab di tengah sebuah krisis yang dialami sekelompok
masyarakat harus tetap ada sosok atau figur yang tampil di depan untuk
mengambil sikap dalam menumbuhkan keyakinan dan pemikiran yang cemerlang dalam
mengatasi permasalahan. Keyakinan dan pemikiran dengan ide-ide yang rasional
tanpa mengedepankan egoisme dan amarah. Jika hal tersebut terwujud, maka tidak
mustahil nilai keberuntungan dapat diraih oleh sekelompok masyarakat yang
dilanda permasalahan tersebut. Jadi, sosok atau figur inilah yang akan menjadi
pelor pemicu untuk mengatasi permasalahan tanpa perselisihan baik fisik maupun
pemikiran. Hal tersebut, telah hadir dalam diri Haqi.
Apa yang harus dilakukan, bila ternyata sampai empat bulan
gelombang dan badai besar terus menghajar pulau itu? Persoalan yang menyangkut
kesepuluh anak yang berekreasi di Pulau Junda adalah sebuah keajaiban hidup,
jika mereka bisa melewati persoalan tersebut. Sukses adalah keajaiban hidup.
Selamanya ia akan tergadai dan kita bisa menebusnya dengan kesungguhan niat,
kerja keras, kecerdasan berpikir, kedewasaan sikap, serta kepasrahan total
kepada-Nya.
Keajaiban biasanya lahir pada situasi yang tidak mungkin.
Tetapi selalu ada penjelasan untuk memahami bahwa keajaiban itu menjadi sebuah
kewajaran hidup. Misalnya, kita mungkin akan menyebut bahwa Nabi Nuh yang
selamat dari banjir besar yang mengerikan sebagai sebuah keajaiban. Begitu juga
dengan Nabi Ibrahim yang tetap tidak tersentuh oleh api walaupun dibakar dengan
api yang sangat besar. Ini juga kita sebut dengan keajaiban. Demikian pula
dengan Nabi Musa bersamanya kaumnya yang tiba-tiba bisa selamat dari anacaman
pembantaian firaun yang mengerikan, karena secar mengejutkan bisa menyeberangi
laut merah, kita juga mengatakan hal ini sebagai sebuah keajaiban.
Keajaiban biasanya juga lahir dalam ketidaknormalan keadaan.
Putra-putri negeri ini yang meskipun miskin tetapi bisa berprestasi,
orang-orang cacat yang justru bisa menunjukkan keahlian kerja melebihi manusia
normal, para pebisnis yang meraih laba besar dalam situasi ekonomi krisis,
sepasukan unit tempur yang jumlahnya sedikit yang dapat mengalahkan lawan yang
jumlahnya jauh lebih banyak, orang-orang yang karena penyakit yang dideritanya
lalu divonis akan mati dalam beberapa waktu ke depan, tetapi justeru
bisabertahan hidup lebih lama. Semua itu adalah keajaiban dalam hidup.
Tetapi sumber dari segala sumber keajaiban adalah (1) kerja
keras, (2) usaha tidak kenal lelah dan tidak kenal putus asa, (3) serta
ketergantungan dan keyakinan yang penuh kepada Tuhan Yang Maha Sempurna segala
sifat-sifat-Nya. Dikatakan pula, bahwa peluang untuk menciptakan keajaiban
hidup ada dalam jangkauan orang-orang yang memiliki (1) kesungguhan niat, (2)
kerja keras, (3) kecerdasan berpikir, (1) kedewasaan dan kematangan sikap, dan
(4) harapan dan kepasrahan total kepada-Nya. Maka, tidak mustahil orang-orang
yang berkarakter tersebut di atas benar-benar akan dapat menciptakan keajaiban
hidup atas izin-Nya.
Haqi memiliki obsesi untuk tetap bertahan hidup di Pulau
Junda yang terpencil jauh dari pemukiman. Belum lagi kondisi lima temannya yang
sakit, persedian bekal makanan yang semakin menipis, dan ditambah lagi adanya
ancaman badai dan gelombang besar selama kurang lebih empat bulan ke depan.
Bagaimana mereka harus bisa bertahan? Penulis berkeyakinan, bahwa Haqi memiliki
kesempatan untuk menghidupkan kembali keyakinan pada Sembilan temannya. Mereka
belumlah mati secara fisik. Mereka masih banyak kesempatan dengan memperdayakan
mental untuk tetap bisa survive di tengah
krisis yang mendera. Haqi harus bisa menggugah kembali semangat teman-temannya
yang nyaris putus asa. Bahwa masih banyak yang bisa mereka manfaatkan dari
keberadaan sumber alam yang ada di Pulau Junda tersebut. Keberadaan sumber daya
alam baik hewan, tanaman maupun tumbuh-tumbuhan. Semua bisa dipilih untuk
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman, tempat berteduh dan berlindung,
juga kebutuhan lainnya. Sambil menunggu keajaiban-Nya, mereka juga harus
berupaya secara spiritual untuk tetap bermohon dan berharap pada-Nya, sehingga
nantinya bantuan pertolongan dari tim penyelamat segera hadir untuk menolong
mereka. Bahkan kemungkinan akan terjadi sebaliknya, mereka justeru dapat
menciptakan keajaiban yakni dengan membangun peradaban baru di pulau terpencil
dengan segala keterbatasannya. Tanpa harus menunggu bantuan pertolongan dari
siapapun kecuali dari-Nya semata.
Meskipun obsesi Haqi dan sembilan temannya dapat dikatakan
tidak mungkin dicapai. Tetapi, jika Haqi dan sembilan temannya memiliki kesungguhan
niat, kerja keras, kecerdasan berpikir, kedewasaan dan kematangan sikap,
harapan dan kepasrahan total kepada-Nya dalam menghadapi situasi yang serba
tidak mungkin. Hasilnya, bukan mustahil mereka akan benar-benar dapat
menciptakan keajaiban hidup atas izin-Nya.
Persoalan kedua, bagaimana merancang dan mewujudkan daya saing serta
mewujudkan sinergitas antaranggota masyarakat di suatu pulau yang berpenduduk
5000 orang dengan tetap harmonis tanpa menimbulkan konflik? Sebab mereka sudah
merasakan kenyamanan hidup yang bersandar pada bercocok tanam dan menangkap
ikan/nelayan dengan pola hidup yang sangat sederhana baik sandang, pangan, dan
papan (perumahan). Hal itu membuat mereka ingin terus memperbaiki diri dari
segi kualitas hidupnya. Mereka tidak hanya ingin memanfaatkan apa adanya yang
ada di sekitar tempat hidupnya, tetapi ingin memiliki target hidup yang lebih
obsesif dan menantang. Misalnya rumah yang lebih beradab dari bahan semen dan
batu-bata, tidak hanya tinggal di dalam rumah yang sederhana seperti gua atau
rumah kayu beratap daun. Bagaimana mereka mewujudkannya?
Dalam kehidupan kemungkinan kita tidak akan menghadapi
situasi kehidupan yang seluruhnya mudah. Ada saat-saat yang kita hadapi menjadi
semakin menantang. Kita sekarang mungkin sedang punya target yang begitu besar
dan obsesif, tetapi kita merasa tidak mudah untuk mewujudkannya. Sebab kita
harus tangguh dan mampu bersaing dalam bentuk apapun, seiring dengan
perkembangan peradaban kehidupan. Agar kita mampu, tangguh, dan memiliki daya
saing dalam rangka meningkatkan peradaban kehidupan, maka yang kita perlukan
adalah meningkatkan mutu kinerja kita dengan beberapa langkah berikut ini.
1)
Menanamkan keyakinan, jika kita yakin sesuatu bisa kita
wujudkan, maka pikiran akan mencari cara untuk mewujudkannya dan secar fisik
pun kita siap bekerja untuk mewujudkannya. Oleh karena itu, kita harus yakin
bahwa Tuhan bisa memberikan dan
melakukan yang terbaik untuk kita, selama kita selalu melakukan kerja dan
ikhtiar terbaik sebagaimana yang diperintahkan-Nya.
2)
Menambah pengetahuan yang semakin
beragam, kita pasti
pernah mengalami kebuntuan berpikir sehingga jalan terbaik adalah banyak
membaca pengetahuan di sekitar kita. Hal itu, dapat dilakukan melalui membaca
alam di sekitar kita dengan jalan bertanya pada orang yang lebih tahu.
3)
Menambah keahlian dalam bekerja, kita tidak cukup bekerja dengan
hanya mengandalkan keyakinan dan pengetahuan saja. Kita butuh bekerja dengan
keahlian yang benar-benar bisa diandalkan untuk bersaing. Keahlian bekerja
hanya dapat kita miliki kalau kita tidak takut mencoba, memulai, dan mengawali
sebuah langkah. Selain itu, kita harus selalu meningkatkan mutu dalam bekerja
dengan cara meningkatkan ketepatan,kecepatan, kecerdikan, keluwesan,
kekompakan, keunikan kita dalam bekerja.
4)
Menanamkan mental positif dan
konstruktif, kita
bekerja tidak hanya berhadapan dengan benda-benda tetapi juga akan selalu
berhadapan dengan manusia. Jika benda-benda dapat kita koordinasikan, tetapi
tidak demikian dengan manusia. Di sinilah kita harus menyadari bahwa peran
keterampilan teknis dalam bekerja tidaklah lebih besar jika dibanding peran
keterampilan psikologis. Makanya, kita harus bekerja dengan mental positif dan
konstruktif. Kita tidak akan mudah menyalahkan orang lain jika kita gagal.
Tetapi justru sebaliknya, kita mau bertanggung jawab atas segala akibat buruk
yang kita capai dari hasil bekerja.
5)
Menanamkan kreativitas, kita akan selalu menghadapi
kenyataan bahwa emua sumber daya yang kita butuhkan untuk dapat meraih sukses
tidak selalu tersedia secara melimpah. Tetapi kreativitas dalam diri kitalah
yang terus kita gali untuk dapat mengubah ketidakberlimpahan itu menjadi
berlimpah.
6)
Menumbuhkan koneksi dan relasi, dalam kehidupan kita bisa untuk
hidup sendiri tetapi kita pasti membutuhkan kehadiran orang lain dalam membantu
meraih usaha kita yang lebih obsesif dan menantang. Maka, kita butuh koneksi
dan relasi dengan orang lain dalam situasi dan kondisi apapun.
7)
Menanamkan potensi dan bakat, kita tidak akan langsung menemukan
potensi dan bakat kita dalam bekerja, tetapi seiring dengan pengalaman hidup
akan dapat menemukan bakat dan potensi yang diberikan Tuhan pada kita. Akan
jauh lebih produktif jika kita bekerja sesuai dengan potensi dan bakat kita.
8)
Menangkap peluang keberuntungan, peluang untuk sukses selalu datang
tidak melalui pemberitahuan lebih dahulu. Maka, perlu kesiapan setiap saat agar
dapat lebih sensitif dan waspada terhadap datangnya peluang sukses itu. Begitu
peluang untuk sukses itu datang, maka dengan cepat dan tepat kita dapat mengubahnya
menjadi keberuntungan.
Terkait dengan persoalan yang
dihadapi kurang lebih 5000 orang di suatu pulau untuk terus memperbaiki diri
dari segi kualitas hidupnya. Mereka tidak hanya ingin memanfaatkan apa adanya
yang ada di sekitar tempat hidupnya, tetapi ingin memiliki target hidup yang
lebih obsesif dan menantang. Yakni dengan mengubah pola hidup yang sangat
sederhana baik sandang, pangan, dan papan menjadi kehidupan yang lebih beradab.
Oleh karena itu, harus ada kesadaran yang penuh di antara mereka untuk memilih
sosok tokoh atau figur yang memiliki sembilan dasar ikhtiar atau usaha meraih
sukses di atas. Selain itu, sosok atau figur tersebut adalah seorang yang
tangguh, cerdas, terampil, bijak dan santun serta jujur dalam berpikir, berucap
dan bertindak.
Menghadapi 5000 orang dengan beragam
karakter dan keinginan bukanlah pekerjaan yang ringan. Akan tetapi, seberat
apapun sebuah pekerjaan harus kita coba untuk menyelesaikan dan dengan harapan ending yang memuaskan. Terkait dengan
keberadaan 5000 orang yang memiliki keinginan dan kemampuan yang berbeda
untuk membangun peradaban kehidupan
mereka. Keberadaan sosok tokoh atau figur inilah yang sangat berperan penting
di sini.
Seorang sosok atau figur di atas
adalah sosok atau figur yang memiliki daya saing yang tangguh dalam segala
situasi dan kondisi. Dia adalah sosok yang tidak mudah menyerah dengan keadaan
dan tidak mudah menyalahkan orang lain. Dia adalah sosok yang bertanggung
jawab, meskipun ketidakberuntungan menimpa diri dan masyarakat yang dipimpinnya.
Keterbatasan bagi diri dan lingkungannya bukanlah permasalahan, tetapi sebagi
bagian dari pelor yang tetap melesat untuk maju. Di samping itu, figur atau
tokoh ini harus berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menanamkan karakter
manusia berkeyakinan, kaya pengetahuan dan keahlian, bersikap positif dan
konstruktif, kreatif, selalu ingin berkoneksi dan berelasi dengan yang lain,
memiliki potensi dan bakat, serta mampu menangkap peluang keberhasilan terhadap
5000 warganya.
Merupakan sebuah keniscayaan, bahwa
peradaban pulau yang sudah merasakan kenyamanan hidup yang bersandar pada
bercocok tanam dan menangkap ikan/nelayan dengan pola hidup yang sangat
sederhana baik sandang, pangan, dan papan (perumahan) yang dipimpin sosok figur
atau tokoh dan 5000 masyarakat yang dipimpinnya menjadi berubah selaras dengan
keinginan masyarakat di pulau tersebut. Sebab modal utama untuk menjadi manusia
tangguh dan berdaya saing telah mereka miliki. Selain itu, mereka juga terus
berikhtiar dan berusaha untuk menyempurnakan apa yang telah mereka miliki baik
dari hasil bercocok tanam maupun menangkap ikan dalam bentuk karya yang
inovatif dan bervariasi. Misalnya hasil tanaman bisa mereka kemas dengan baik
dari segi fisik barangnya nmaupun bungkusnya. Demikian pula dengan hasil laut
berupa tangkapan ikan, mereka mengolahnya dengan kreativitas baru, sehingga
hasil bumi dan laut yang mereka miliki
mampu bersaing dengan hasil bumi dan laut dari penduduk di pulau
lainnya.
Karya hasil bumi dan laut mereka
kemudian memiliki ciri atau karakter sejalan dengan karakter manusia di pulau
yang sekarang ini mereka tempati. Karya hasil bumi dan laut yang mereka miliki
memiliki daya saing dengan hasil bumi dan laut dari penduduk di pulau
lainnya. Yakni manusia-manusia
berkeyakinan kuat, kaya pengetahuan dan keahlian, bersikap positif dan
konstruktif, kreatif, selalu ingin berkoneksi dan berelasi dengan
masyarakat/penduduk pulau lain, memiliki potensi dan bakat, serta mampu
menangkap peluang keberhasilan. Mereka juga meyakini, bahwa Tuhan tidak akan
mungkin mengubah nasib dan kehidupan mereka. Kecuali mereka sendiri yang
berikhtiar dan berusaha untuk bisa mengubah nasib dan kehidupannya.
Persoalan ketiga, kemampuan daya tahan dan daya saing
penduduk di suatu pulau tidak lantas membuat penduduk di pulau tersebut merasa
puas. Mereka ingin agar produk yang meraka hasilkan semakin luas pemasarannya
hingga terkenal di seluruh dunia. Mereka ingin
bahwa produk hasil olahan kekayaan bumi dan laut yang mereka miliki
mempunyai keunggulan yang berkelanjutan. Bagaimana mereka bisa mewujudkan agar
produk hasil bumi dan laut yang dimiliki bermanfaat bagi masyarakat dunia?
Bagaimana menjaga keberlanjutan apa yang sudah mereka capai? Apa yang harus mereka lakukan agar produk
hasil bumi dan laut yang dimiliki meningkat kualitas dan kuantitas daya tahan,
daya saing, dan keunggulannya?
Setiap langkah kemajuan yang kita
raih tidak pernah lepas dari ikhtiar atau usaha besar kita yang tak
putus-putusnya. Ikhtiar atau usaha tersebut dibarengi dengan kerangka besar
berpikir. Berpikir adalah gambar besar dan luas tentang realita kehidupan kita,
yang akan memberi peluang yang ada di berbagai wilayah kehidupan yang bisa kita
raih. Berpikir juga akan menumbuhkan minat untuk berbuat, harapan untuk
mewujudkan, dan cita-cita untuk direalisasikan. Oleh karena itu, setiap hasil
usaha yang dapat dikatakan sempurna, pasti membutuhkan kerangka berpikir yang
strategis, faktual, dan fokus. Adapun masing-masing definisi dari kerangka
berpikir tersebut antara lain:
1) Berpikir
strategis adalah berpikir untuk mewujudkan visi, cita-cita, dan harapan hidup
kita dengan jalan mendesain langkah-langkah atau cara-cara yang dibutuhkan
untuk sampai ke sana, dengan mengelola sumber daya yang ada dan kita miliki.
2) Berpikir
faktual adalah berpikir untuk tujuan memahami dan mengerti tentang fakta dan
realita kita saat ini. Fakta dan realita kita meliputi segenap potensi, bakat,
dan karakter, kepribadian, serta pengalaman hidup kita. Kita perlu mengerti
setelah kita melihat gambar besar kehidupan kita dan akhirnya bisa menyusun
sebuah peta sukses ke depan melalui berpikir strategis.
3) Berpikir fokus adalah berpikir secara khusus dan penuh
konsentrasi untuk mewujudkan rencana hidup kita sampai menjadi kenyataan,
melalui serangkaian kendali dan pengawasan atas kemajuan pelaksanaannya.
Masing-masing
cara berfikir di atas memiliki keterkaitan satu dengan yang lain guna
menumbuhkan minat untuk berbuat, harapan untuk mewujudkan, dan cita-cita untuk
direalisasikan. Kembali kepada persoalan ketiga, sebuah pulau dengan
penduduknya yang sudah memiliki daya tahan kehidupan dan daya saing dalam hal
produk hasil bumi dan kelautannya di tengah kancah kehidupan, masih mengatakan
belum sempurna jika belum menjadi bagian masyarkat dunia yang memiliki
keunggulan yang berkelanjutan. Yakni keunggulan dari segi daya tahan
penduduknya dalam menghadapi dan menyelesaikan krisis yang melanda dan daya
saing produk hasil bumi dan kelautannya yang sudah menjadi trade mark yang mengglobal dan berkelanjutan.
Keungualan tersebut hanya bisa
dicapai dengan beberapa cara. Pertama, penyusunan langkah yang strategis dalam
menggapai visi, cita-cita, dan harapan hidup masyarakat pulau tersebut. Visi,
cita-cita, dan harapan hidup masyarakat pulau adalah terbangunnya peradaban
baru di pulau tersebut dari pengembangan potensi alam (bumi dan laut) yang
semakin lama semakin mengarah ke tingkat kesempurnaan. Sehingga langkah yang
paling strategis adalah memanfaatkan berbagai potensi yang ada dalam masyarakat
pulau tersebut melalui akses perdagangan antarpulau serta penyebaran informasi
tentang produk keunggulan lokal melalui jaringan infomasi (baik cetak maupun
elektronik). Kedua, pemahaman dan
pengertian tentang fakta dan realita keadaan pulau tersebut dengan segala
kondisinya saat ini. Fakta dan realita tersebut meliputi segenap potensi,
bakat, dan karakter, kepribadian, serta pengalaman hidup penduduk di pulau
tersebut. Mereka perlu mengerti setelah itu mereka melihat gambar besar
kehidupan mereka dan kemudian bisa menyusun sebuah peta sukses ke depan melalui
berpikir strategis. Hal ini berarti, masyarkat pulau harus dengan kesadaran
tinggi mengembangkan segenap potensi, bakat, dan karakter, kepribadian, serta
pengalaman hidup mereka di tengah kancah persaingan hasil produk (bumi dan
kelautan) mereka, sehingga produk-produknya mampu bersaing dan menjadi produk
andalan yang perlu dipertimbangkan di kancah perdagangan dunia. Ketiga, penduduk atau masyarakat pulau
harus lebih terfokus dalam melakukan pengkajian terus-menerus terhadap hasil
produknya, baik mulai dari proses pengelolaan, pengolahan dan pengemasan,
maupun sampai dengan proses pemasaran. Dengan berfikir fokus ini, diharapkan
pemikiran yang mungkin untuk bisa berubah di tengah proses perkembangan hidup
dalam masyarakat pulau tersebut seminimal mungkin untuk dihindari.
Pada akhirnya, masyarakat di pulau
tersebut akan dapat merasakan benar perubahan yang akan terjadi di wilayah
pulau mereka. Sebab pulau mereka tidak hanya dikenal karena wilayahnya saja,
melainkan hasil produk unggulannya (hasil bumi dan kelautan) yang juga dikenal
banyak orang di pulau lain. Bahkan, kemungkinan produk unggulan mereka menjadi
mendunia dan berkelanjutan. Semua itu terwujud disebabkan usaha mereka untuk
bisa mengubah diri dan lingkungannya termasuk hasil produk unggulannya dengan
cara berpikir strategis, faktual, dan fokus. Disamping diimbangi dengan
kesadaran tinggi mengembangkan segenap potensi, bakat, dan karakter,
kepribadian, serta pengalaman hidup mereka secara terus-menerus.
Persoalan keempat, penulis merasa terpanggil
menyumbangkan gagasan dalam rangka berupaya menumbuhkan partisipasi aktif
masyarakat untuk berperan dalam proses perencanaan pembangunan kabupaten
Bojonegoro sekaligus memberikan implementasi bootom up planning serta memberikan sharing gagasan pembangunan Bojonegoro 25 tahun ke depan. Satu persatu penulis mencoba mencermati
persoalan tentang sebuah upaya untuk mewujudkan daya tahan, daya saing, dan
keunggulan yang berkelanjutan bagi Bojonegoro.
Pertama, bagaimana Bojonegoro dapat memenuhi kebutuhannya secara
mandiri seperti pangan, energi, pendidikan, dan kebutuhan lainnya? Apa saja
kebutuhan yang harus dipenuhi? Bagaimana cara mewujudkannya? Berapa lama waktu
yang diperlukan? Modal apa yang sudah ada, masalah apa yang dihadapi, dan bagaimana
menyelesaikannya?
Bidang
pangan, Bojonegoro merupakan salah satu wilayah agraris yang lumayan maju di
antara wilayah kabupaten lain di Jawa Timur, bahkan di Indonesia. Tanaman padi,
jagung, dan tembakau telah menjadi ikon utamanya dalam hal mata pencaharian
penduduknya yang sebagian besar sebagai petani. Hasil cocok tanam di Bojonegoro
lambat laun terus meningkat dan meningkat, sehingga hasilnya sudah dapat
dirasakan oleh masyarakat setempat. Bidang energi, Bojonegoro telah banyak
menyumbangkan investasi nasional meskipun sebagian kecil juga bisa dirasakan
masyarakatnya melalui eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi. Sebagaimana
diungkapkan oleh Kang Yoto (Bupati Bojonegoro) dalam tulisan “Meyakini
Optimisme Indonesia” yang ditulis setelah mengikuti forum Second Indonesia Talkshow di Beijing China pada tanggal 27 Mei 2012
yang mengambil topik “Tourism, Trade and Invesment”, sebagai berikut.
“Secara
sosial kita sanggup kawal industri berbasis migas, memuaskan target nasional
tapi juga menguatkan lokal. Perda investasi dan penguatan lokal menjadi bukti
Bojonegoro sanggup dan mampu melembagakan proses politik dan berpikir jangka
panjang”.
Sedangkan di bidang pendidikan
Bojonegoro telah berusaha semaksimal mungkin mengupayakan menggandeng
masyarakat pendidikan di tingkat SMP/SMA/SMK untuk berpartisipasi aktif dalam
pengembangan Desa Mitra dan Pemberantasan Buta Aksara. Launching dan
pelaksanaannya sudah diatur dan sebagian sudah terlaksana. Bojonegoro merupakan
wilayah dengan modal alam yang potensial dan penduduknya yang dinamis dan
kreatif terus mengupayakan perubahan untuk menuju kesejahteraan masyarakatnya.
Oleh karena itu, dukungan oleh program komunikasi yang terbuka dan transparan
antara birokrat dengan masyarakat melalui media Dialog Jumat, jejaring sosial,
website, email dan telepon, akan tetap terus diupayakan terprogram dan
dikembangkan keberadaannya. Semua berjalan demi menuju Bojonegoro yang lebih
baik. Tentunya, masih ada beberapa hal yang butuh sentuhan demi kesempurnaan.
Jujur, banyak hal yang masih banyak perlu sentuhan, diantaranya yang paling
utama adalah modal sosial (mental spiritual) penduduknya, sehingga bisa
terwujud manusia yang berkarakter (character
building).
Kedua, bagaimana Bojonegoro dapat menciptakan daya saing di tengah
kancah perkembangan kehidupan negara dan dunia semakin mengglobal dan dinamis.
Jika modal sosial telah terwujud tidak menutup kemungkinan perjalanan
pengembangan produk unggulan baik di bidang pertanian, peternakan, kerajinan,
pariwisata, dan energi diupayakan akan terus dikembangkan untuk dapat memiliki
daya saing dibanding wilayah (kabupaten dan kota) lain di Indonesia bahkan
sampai mendunia. Salah satunya adalah melalui pelaksanaan program Desa Mitra.
Bojonegoro
melalui program Desa Mitra memilih komitmen mendorong terwujudnya desa mandiri
dan berkelanjutan sebagai basis pembangunan masyarakat dan ikut terlibat dalam
pembangunan karater (character building) masyarakat yang kelak diharapkan
menjadi pondasi terwujudnya modal sosial. Diungkapkan pula oleh Kang Yoto
dalam tulisannya yang berjudul “Saat Bojonegoro Diperbincangkan dalam Forum
Dunia, Peluang dan Tantangan untuk Kita” yang ditulis setelah mengikuti forum
internasional yang bertajuk Global
Commnity Forum di Boston New York pada tanggal 27 Oktober 2012, sebagai
berikut.
“Masalah yang dihadapi negara berkembang dalam memanfaatkan demokrasi
bukan soal kemiskinan ekonomi, namun yang jauh lebih berbahaya adalah
kemiskinan sosial, karena itulah harus dibangun modal sosial. Kiranya, agak
susah membangun demokrasi sementara mentalitas sosialnya peminta, iri,
dengki, tertutup terhadap semua kemungkinan yang baik, mengandalkan
budaya ‘ngrasani’ dalam memperoleh
informasi dan kebenaran. Karena itu tidak ada pilihan kecuali harus membangun
karakter lewat pendidikan. Untuk inilah Bojonegoro memilih menggelorakan
semangat kejujuran dalam pendidikan.”
Selanjutnya diungkapkan Kang Yoto
dalam judul tulisan dan forum yang sama di atas, sebagai berikut.
“Saya juga
menceritakan pembangunan karakter lewat pengenalan mentalitas negatif,
penguatan mentalitas positif dan memerilahanya lewat pendekatan ritual. Saya
tidak bisa menjelaskan JSA (Jalan Sukses Al-Fatihah) karena di forum itu hanya
hitungan jari yang muslim.”
Penanaman mental daya saing dalam masyarakat Bojonegoro begitu
susahnya. Akan tetapi, hal itu tidak mudah menyurutkan semangat para pencetus
kebijakan (birokrat) untuk tetap memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat
Bojonegoro. Menurut mereka, rakyat adalah raja dan pemerintah adalah
pelayannya. Jika keinginan mereka sudah terpenuhi, maka bagaimana timbal balik
masyarakat untuk memberikan pengabdian yang seimbang terhadap berbagai
kebijakan pemerintah. Melalui karakter yang sudah membumi, diharapkan mereka
mampu memiliki daya saing baik dari segi modal produk unggulan hasil olahan
(pertanian, peternakan, kerajinan, pariwisata, dan energi) maupun segi modal
sosial (character buiding).
Ketiga, selanjutnya setelah dimilikinya
daya tahan dan daya saing bagi masyarakat Bojonegoro termasuk di dalamnya hasil
bumi dan alamnya, maka bagaimana Bojonegoro dapat mewujudkan keunggulan yang
berkelanjutan? Ada tiga hal yang perlu mendasari terciptanya keunggulan yang
berkelanjutan, yakni harmonisasi antara visi, kerja keras, dan kepasrahan.
Visi Bojonegoro adalah “Kebangkitan Menuju Bojonegoro Matoh Yang Sejahtera, Madani,
dan Berdaya Saing”. Dari visi inilah akan kita
ketahui arah masyarakat Bojonegoro dalam beraktivitas. Visi juga akan
menentukan efektivitas, efisiensi, dan produktivitas masyarakat Bojonegoro dan
dari visi tersebut juga dapat kita lihat bagaimana upaya masyarakat Bojonegoro
meraih visi secara ideal dan berkelanjutan. Dalam rangka meraih visi diperlukan
kerja keras, sebab tanpa adanya kerja keras masyarakat Bojonegoro akan susah
memperkenalkan wilayah, penduduk, dan produk keunggulan kepada masyarakat umum
(Indonesia maupun dunia). Selanjutnya diungkapkan Kang Yoto dalam judul tulisan dan forum yang sama
di atas, sebagai berikut.
“Bagi saya, apresiasi itu tentu bermakna, modal buat
Bojonegoro berkomunikasi dengan dunia luar. Tidak terlalu penting apakah mereka
akan benar-benar datang ke Bojonegoro atau tidak. Namun yang jauh lebih
penting adalah kesadaran bahwa kita akan diperhitungkan dan dihargai oleh pihak
lain, segalanya tergantung kita sendiri, usaha kita sendiri. Masa depan
Bojonegoro, terwujudnya mimpi indah, nan jaya, sejahtera, hijau indah asri,
semua terpulang kepada kita sendiri. Saya sendiri juga tidak tahu pasti, apa
yang akan terjadi pada Bojonegoro, dalam lima, sepuluh, duapuluh lima tahun
atau berapa tahun lagi. Namun yang saya tahu pasti bahwa masa depan yang lebih
baik itu tidak akan pernah datang dengan sendirinya. Kita harus mengusahakannya
menjadi nyata dengan segala usaha bersama atau sendiri menghadapi kekurangan
dan keterbatasan. Seharusnya kita bisa!”
Jika visi
memberikan arah dalam membangun Bojonegoro dan kerja keras member pegangan
pencapaian tahap demi tahap menuju visi Bojonegoro, maka kepasrahan memberikan
kekuatan jiwa masyarakat Bojonegoro untuk dapat berjiwa besar ketika sukses mencapai
visi ataupun gagal mencapai visi tersebut. Sebab kepasrahan adalah kepercayaan
manusia kepada Tuhannya yang Maha Menguasai dan Maha Mengatur secara mutlak
segala urusan di dalam kehidupan ini, yang pasti akan memberikan yang terbaik
kepada hambanya.
Maka ketika
masyarakat Bojonegoro berhasil meraih visi, kepasrahan memberi kontrol untuk
tidak takabur dan menjauhkan sifat melupakan Tuhan untuk terus meningkatkan
kualitas diri. Ketika masyarakat Bojonegoro gagal meraih visi, kepasrahan ini
member kendali untuk tidak mudah berputus asa dan memberi dorongan untuk tetap
memulai usaha sekali lagi dengan cara yang berbeda yang lebih cerdas.
Penutup
Dari uraian pembahasan empat
persoalan di atas, penulis dapat menyimpulkannya sebagi berikut.
1)
Sebuah
prestasi atau kesuksesan justeru akan lebih mudah lahir dan tumbuh dalam
situasi krisis, sebab krisis itu lebih membangunkan kesadaran, lebih
menggelorakan semangat, lebih menumbuhkan tanggung jawab, serta lebih
melanggengkan semangat kompetisi, daya juang, dan daya tahan.
2)
Ketika
krisis terjadi, seringkali kali kita merasa yang paling menderita. Akan tetapi,
setelah kita menjalani dan melakukannya barulah kita menyadari bahwa melalui
krisis ini Tuhan hendak mengajari kita untuk menjadi manusia yang kuat dan
berdaya saing.
3)
Sukses
adalah keajaiban hidup. Selamanya ia akan tergadai. Kita hanya bisa menebusnya
dengan kesungguhan niat, kerja keras, kecerdasan berpikir, kedewasaan sikap,
harapan, serta kepasrahan total kepada-Nya.
4)
Bojonegoro termasuk
daerah yang rakyat dan politiknya semakin matang. Politik itu untuk
kesejahteraan, bukan untuk memamerkan kekuasaan. Bojonegoro bisa mengelola
kehidupan bersama menutup yang minus dan perlahan menambah yang plus.
Toleransi, sinergi, apresiasi dan belajar bersama telah tampak mengemuka.
Secara sosial kita sanggup kawal industri berbasis migas, memuaskan target
nasional tapi juga menguatkan lokal. Perda investasi dan penguatan lokal
menjadi bukti Bojonegoro sanggup dan mampu melembagakan proses politik dan
berpikir jangka panjang. Bojonegoro juga matang dalam proses belajar dengan
semboyan, “Apapun kita
yang impikan, akan terus kita upayakan untuk terwujud. Oleh karena itu, yang
hilang dalam lingkungan kita, segera akan kita rebut kembali. Segala sesuatu
yang berjalan baik, akan terus berlanjut untuk kita kembangkan. Sehingga apapun
yang kurang, akan terus kita sempurnakan.”
Akhirnya,
penulis mengakhiri tulisan ini dengan harapan yang terangkum dalam kalimat
berikut ini, “Kita tidak membutuhkan pahlawan besar yang selalu di depan kita,
agar dapat memberikan motivasi hidup terhadap kita dan yang kita butuhkan
hanyalah inspirasi-inspirasi besar untuk tumbuh, yang dapat kita serap setiap
saat dari lingkungan keseharian kita. Wallahu’alam bisshawab ….