Menu

Labbaik Allahumma Labbaik

Musim haji telah tiba. Biasanya kita dapat banyak undangan walimatus safar dari tetangga atau kerabat yang akan berangkat tahun ini. Contohnya salah seorang teman lama.

Insya Allah ia akan terbang bersama istrinya dua minggu lagi. Sambil menunggu jadwal keberangkatan tersebut, ia sering menghadiri pelatihan manasik haji. 

Tentunya saudara tahu tentang pelatihan manasik, yakni belajar rukun-rukun haji dengan menggunakan miniatur Ka'bah, serta area khusus untuk berlatih sa'i dan jumroh. 

Intinya, calon haji praktek langsung. Bukan sekedar duduk mendengarkan teori saja. Karena ilmu yang diterima akan berbeda antara yang aktif dengan yang pasif. 

Begitulah tahapan kita menyerap pengetahuan. Gambarannya dapat  dilihat pada Learning Pyramid. Jika kita hanya membaca saja sebuah pelajaran, maka ilmu yang menempel dalam pikiran kita baru sekitar 10%.
Kecuali jika indera penglihatan dan pendengaran terlibat dalam pembelajaran, bisa naik menjadi 20% meskipun masih belum efektif. 

Sekurangnya kita harus praktek langsung tentang pengetahuan yang baru kita pelajari tersebut, inshaa Alloh 75% nya akan kita mengerti. Inilah dia mengapa calon haji perlu latihan manasik. 

Tidak hanya calon haji, kita semua juga perlu untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari. Saat membaca hikmah dan untaian kalimat nasihat yang indah, mungkin kita berdecak kagum saat membacanya saja. 

Dalam hitungan hari, sadar atau tidak, ilmu itu akan menguap kembali karena memang hanya 10% saja yang tersimpan dalam memori ingatan kita. Bagaimana agar ilmu tersebut tetap melekat dalam hati kita? Tentu saja dengan praktek.

Begitu kita tahu, maka amalkan! Setelah membaca, ikuti dengan action! Barulah pemahaman kita bisa mencapai 75%.

Sayang seribu sayang jika kita hanya menjadi kolektor kata-kata mutiara saja, tanpa usaha untuk mengerjakannya. Lambat laun koleksi kita itu tidak bermanfaat. Laksana lemari yang penuh dengan pakaian bagus dan mahal, tetapi lemari itu terkunci rapat

No comments: