Menu

Dapatkah kita hidup sederhana tanpa logika ? Saya membayangkan satu keluarga di desa yang hidup sederhana dan bahagia, sementara mereka jauh dari persoalan - persoalan logika yang ruwet seperti yang kita pikirkan saat ini."

Yang lainnya ada yang berkata,"aku bahagia tanpa logika", "aku sukses tanpa logika," ada juga yang berkata,"Bill Gates bukan seorang ahli Logika, namun dia pengusaha produk teknology yang sukses", atau "Lihat gedung-gedung pencakar langit, jalan-jalan ibu kota yang dibangun dengan teknology canggih, mesin-mesin pabrik, teknology industri, komputer dsn robot, semua dapat dapat dibikin oleh manusia-manusia yang sama sekali tidak mengenal Logika."

Sungguh... Ucapan-ucapan demikian itu terlihat "lucu", agak sedikit aneh dan bodoh.

Pikiran harus kita gunakan untuk menyelesaikan masalah dalam hidup ini, bukan digunakan untuk membuat masalah baru. Kerumitan suatu bidang ilmu pengetahuan, bukanlah masalah baru yang ditambahkan ke dalam masalah hidup. Tetapi, kerumitan ilmu tersebut menunjukan kerumitan masalah-masalah yang dihadapi manusia. Contohnya sebagai programer, saya bekerja dengan kode-kode atau script yang rumit dalam bahasa pemrograman. Tapi semua script rumit tadi tentunya bukan untuk menyusahkan hidup saya, tapi untuk membantu saya menyelesaikan banyak persoalan terutama dalam pengolahan data dan informasi. Dengan bantuan script-script yang rumit tersebut, saya dapat membuat pekerjaan seorang admin perkantoran 100 x lebih cepat dari semula. Topi untuk bisa bekerja dengan script tersebut, konsekuensinya tentu saya harus mau mempelajari bahasa permorgraman walaupun rumit.

Seperti itu pula dengan keruwetan ilmu logika, sama sekali bukan untuk menambah masalah dalam hidup, apalagi merusak kebahagiaan hidup, tapi untuk menyelesaikan banyak persoalan dalam hidup. Tentu saja, kita dapat memilih hidup sederhana di desa, jauh dari keruwetan sistem administrasi pemerintahan kota, jauh dari keruwetan teknology, dan jauh dari keruwetan kajian-kajian logika. Itu berarti kita tidak dapat diandalkan untuk menyelesaikan problematika pada bidang yang digeluti oleh para pakar ilmu.logika dan teknology
0

Hari ini, Jumat 8 Syawal adalah momen di mana kaum muslimin menuntaskan puasa sunnahnya yang dimulai satu hari setelah Idul Fitri.

Ada dua kali pelaksanaan Lebaran yang dikenang masyarakat Jawa pada umumnya, yaitu Idul Fitri dan Lebaran Ketupat. Idul Fitri dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Syawal, sedangkan tradisi Lebaran ketupat adalah sepekan sesudahnya (8 Syawal).

Banyak masyarakat membuat makanan di lebaran ketupat ini. Mereka berdatangan membawa makanan buatan mereka masing-masing.

Kelihatan seru sekali, karena satu sama lain saling menghadiahkan makanan tersebut untuk saudaranya. 

Tahukah saudara, tradisi saling silaturahmi dan menyenangkan orang lain dengan makanan ala kadarnya ini disebut "lebaran ketupat". Karena umumnya makanan yang mereka buat adalah ketupat. Ketupat adalah jenis makanan yang dibuat dari beras yang dimasukkan ke dalam anyaman daun kelapa (janur) yang dibuat berbentuk kantong yang kemudian dimasak dalam waktu lama.

Tanggal 8 Syawal adalah momen di mana kaum muslimin menuntaskan puasa sunnahnya yang dimulai satu hari setelah Idul Fitri. Pantas saja mereka "lebaran" lagi.

Jika Idul Fitri adalah hari kemenangan karena telah menunaikan puasa Ramadhan, maka "lebaran ketupat" adalah hari kebahagiaan karena tuntas menunaikan puasa Syawal.

Siapa sangka, kemeriahan tanggal 8 Syawal bukan hanya terjadi di nusantara, tetapi juga di negeri-negeri arab. Banyak literasi yang bersumber dari internet yang saya baca contohnya di Yaman, suasana di sana juga ramai pada tanggal tersebut. Tradisi mereka dalam bahasa arab disebut uwad.

Para penduduk secara kelompok demi kelompok bersilaturahmi dan bertamu kepada para ulama sesepuh. Pada hari itulah orang-orang alim begitu dimuliakan. Mereka didatangi, dimintakan nasihat dan doanya. Kegembiraan menyelimuti semua orang pada hari itu. 

Begitulah salah satu cara kaum muslimin di seluruh dunia dalam menjaga ibadah sunnah. Bagi mereka, jika baru menghidupkan ibadah fardhu itu masih langkah pertama. Seorang muslim harus melangkah lagi yang kedua dengan menghidupkan ibadah sunnah.

Oleh karena itu, spirit dari lebaran ketupat dan uwad ini harus kita tanamkan dalam hati. Bahwa hidup adalah perjalanan ibadah yang tidak pernah henti, dari fardhu ke sunnah silih berganti. 
0

Kita menggunakan argumentum ad judiciam maupun argumentum ad verecundiam, kita tidak dapat memaksa orang lain untuk menerima pendapat kita.  Tetapi, argumen itu sendiri memiliki daya paksa, sehingga jika tidak dengan sukarela, maka orang akan dipaksa oleh kekuatan argumen itu sendiri untuk menerimanya sebagai kebenaran. Dengan demikian, tidak perlu dan jangan memaksa orang lain menerima pendapat kita, karena itu tidak berguna. Jika harus dipaksa, maka biarkan kekuatan argumen itu sendiri yang memaksanya. 

Semua orang , cepat atau lambat akan tunduk pada kebenaran, apakah dengan sukarela atau terpaksa. Karena kebenaran itu memiliki kekuatan untuk memaksa. Misalnya, argumentum ad judiciam yang kebenarannya bersifat mutlak, pastilah membuat orang mengakui dan menerima kebenarannya, entah secara terpaksa atau rela hati. Karena dia tidak dapat menemukan celah untuk menyangkal. Problemnya, kita tidak selalu mampu membantu orang lain untuk mengerti sesuatu sebagai argumentum ad judiciam. Jika kita selalu mampu menunjukan setiap pendapat kita sebagai ad judiciam, niscaya pendapat kita akan selalu diterima dan diakui orang lain, tak perduli apakah dia menerimanya secara terpaksa atau sukarela. Kita tidak memaksa, tidak harus memaksa, bahkan tidak boleh memaksa. Tetapi kekuatan argumen tidak dapat dihadang, tidak bisa ditolak oleh siapapun yang berakal sehat.

Jika pendapat kita merupakan argumentum ad judiciam, namun ditolak oleh orang lain sebagai kebenaran, maka itu artinya orang tersebut bodoh, atau berarti kita bodoh, karena tidak mampu menunjukan pendapat kita sebagai ad judiciam. Dengan kata lain, jika pendapat kita tadi ditolak orang lain, maka dia bodoh atau kita bodoh. Jika pendapat kita benar, sementara kita tidak bodoh dan dia juga tidak bodoh, maka pastilah akan muncul daya paksa dari argumen, yang akan memaksa dia menerima dan mengakui kebenaran pendapat kita.

Seperti setiap api memiliki daya bakar. Akan tetapi, api tidak membakar, apabila kita tidak menyalakannya. Persoalan apinya kecil dan mutu bahan bakarnya jelek sehingga tidak terbakar, bukanlah suatu bukti bahwa api tidak memiliki daya bakar. Demikian pula Setiap argumen yang benar , pastilah memiliki daya paksa. Jika kebenaran itu ditolak atau diingkari, tidaklah menunjukan bahwa argumen tidak memiliki daya paksa.

Walaupun setiap argumen memiliki daya paksa, namun setiap orang juga memiliki daya tolak, sebagai konsekuensi dari kehendak bebas. Dia dapat dipaksa oleh suatu kekuatan argumen untuk menerima dan mengakui suatu kebenaran, namun tidak ada yang dapat mengubah keyakinannya, kecuali keputusannya sendiri. Oleh karena itu, argumen sekuat apapun hanya akan dapat berakhir pada perubahan suatu keyakinan, jika orang telah memutuskan untuk berubah. Keputusan adalah otoritas masing-masing orang. Namun tidak ada orang yang memutuskan untuk mengingkari kebenaran, kecuali karena kekafiran.

Argumen yang memiliki daya paksa itu, bukan saja argumentum ad judiciam, melainkan juga aegumentum ad verecundiam, ad hominem maupun ad ignoratium, walaupun kadar kekuatan daya paksa masing-masing argumen tersebut berbeda. Seperti hal nya api, terdapat perbedaan daya bakar antara api lilin, api kompor, dan api matahari, seperti itu pula perbedaan daya paksa masing-masing jenis argumen. Argumentum ad judiciam menempati posisi pertama, sebagai argumen yang memiliki daya paksa paling kuat.

Walaupun daya paksa argumentum ad judiciam paling kuat, sepeti paling kuatnya api matahari di antara api-api lainnya, akan tetapi saya tidak pernah terbakar oleh api matahari, justru api lilin pernah membakar jari telunjuk saya. Demikian pula, walaupun argumentum ad judiciam adalah argumentasi yang paling kuat, namun bila seseorang setiap harinya dijejali dengan hoax, maka hoax itulah itulah yang akan memaksa dia menerima dan mengakuinya sebagai kebenaran.

Dengan demikian, tidak perlu marah atau kesal saat argumen kita ditolak orang lain, apalagi memaksa orang lain mengakui kebenarannya. Yang penting, sampaikan saja argumen yang harus kita
sampaikan. Besar atau kecil, kuat atau lemah, cepat atau lambat, bila argumen kita benar, maka akan memaksanya mengakui dan menerima kebenaran itu. Dan tentunya kekuatan daya paksa argumentum dapat mengalahkan daya paksa argumentum ad verecundiam.
0

Setiap keyakinan pasti memiliki kontradiksinya. Karena itu, jika suatu keyakinan benar, maka pasti keyakinan yang berlawanan dengannya salah. Pemahaman akan prinsip ini penting, agar kita tidak menganut konsep yang absurd, yang membenarkan semua keyakinan walaupun satu sama lain saling bertentangan. 

Contoh 1 : 
Ada seseorang diduga menderita penyakit jantung, dia membaca di internet bahwa konsumsi obat jantung tidak boleh bersamaan dengan konsumsi buah pisang. Tapi dia ragu dengan kebenaran informasi tersebut, lalu dia bertanya kepada dokter, "dok bolehkah saya makan pisang ?" 

Dokter tersenyum, "Ya boleh kalau suka. Emang kenapa ?" 

"Soalnya saya baca diinternet, obat jantung tidak boleh dikonsumsi barengan pisang, dok. Apa benar ?" tanya nya. 

"Ah.. Enggak.... Selama saya kuliah kedokteran, gak pernah saya diajarin kayak gitu. Makan aja kalau mau." 

Disini terdapat kontradiksi : 
  • A) Setiap obat jantung boleh dikonsumsi bareng pisang
  • I) Sebagian obat jantung tidak boleh dikonsumsi barang pisang

Mustahil dua-duanya benar. Tapi dia tidak dapat melakukan penelitian ilmiah sendiri untuk membuktikan kebenarannya. Karena itu, dia memilh untuk percaya saja bahwa apa yang dikatakan dokter itu benar. Karena tidak ada yang lebih layak untuk dipercayai tentang informasi sesuatu, kecuali pihak yang dianggap ahli di bidangnya. Dengan meyakini bahwa pernyataan dokter tersebut benar, maka tentu saja dia harus meyakini bahwa informasi yang dia dapati di internet keliru. 

Namun, .. Pengalaman berkata lain. Setiap kali dia makan pisang, terjadi gejala yang mengkhawatirkan pada dirinya. Ada sensasi yang tak menyenangkan, bergerak dari tubuh menuju ke arah kepala,  membuat seolah-olah pembuluh darahnya hendak pecah, dan hampir pingsan. Hal itu memang sering terjadi sebelumnya. Namun dia tidak pernah sadar bahwa itu efek dari makan pisang. Tapi setelah mendapati informasi dari internet, dia jadi memperhatikan "apa yang terjadi" setelah makan pisang. Dan gejala yang sama memang selalu terjadi setiap kali dia makan pisang, sehingga menyimpulkan bahwa gejala tersebut terjadi disebabkan oleh kombinasi obat jantung dengan pisang. Lalu dia nya memutuskan untuk berhenti makan pisang. Dan gejala aneh itu tidak lagi terjadi. 

Apa nama gejala yang muncul ? Dia tidak tahu. Sebut saja gejala Y. Di mana gejala Y selalu terjadi, ketika gejala X terjadi. Sementara Y tidak pernah ditemukan lagi, sejak X tidak terjadi. Di mana X adalah mengkonsumsi obat jantung dengan pisang. Dengan demikian, berlandas kepada prinsip kausalitas ilmiah, maka dapat disimpulkan bahwa X merupakan sebab bagi Y.  Dengan demikian, keyakinan dia berubah, yakni yang benar adalah informasi yang dia peroleh dari internet. Dengan meyakini kebenaran proposisi I, maka tidak mungkin lagi membenarkan propsisi A. 

Secara sederhana, sebenarnya dia telah melakukan penelitian kecil bidang ilmiah . Akan tetapi, sebuah hasil penelitian ilmiah yang besar saja, boleh untuk diragukan serta diuji kembali kebenarannya, maka apalagi sekedar penelitian kecil yang berdasar kepada observasi dan eksperimen kecil. Bisa saja ada orang lain yang melaporkan "saya makan obat jantung, dan saya juga makan pisang, tapi saya baik-baik saja." Perlu riset lebih besar untuk mengetahui kebenaran lebih lanjut, mengingat obat jantung itu juga bermacam-macam. Tidak mustahil satu jenis obat jantung bukanlah masalah untuk dikonsumsi bersama pisang, tapi yang lainnya dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian, apabila diantara pembaca ada yang merupakan pasien penyakit jantung, maka tidak perlu untuk begitu saja mempercayai informasi yang ada di internet, tapi lihat, rasakan, amati dan lakukan eksperimen sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik bagi kita. Dan pengalaman akan lebih meyakinkan kita dari pada informasi yang ada di internet.

Contoh 2 :
Ketika tasyahud dalam shalat, ada orang yang suka menggerak-gerakan jari telunjuknya, dan ada pula yang tidak menggerakannya, sehingga  kontradiksinya adalah : 

A) jari telunjuk harus digerak-gerak saat tasyahud 
E) jari telunjuk tidak harus digerak-gerak saat tasyahud

Mungkin tidak kedua keyakinan tersebut benar ? Tidak mungkin. 

Namun ternyata ada seorang imam berijtihad bahwa "menggerakan telunjuk" atau "tidak menggerakan telunjuk" pada saat tasyahud, keduanya boleh.  Dengan demikian, apakah berarti kedua keyakinan di atas sama-sama benar ? Tidak demikian. Jika keduanya boleh, berarti yang benar itu adalah proposisi (E), bukan (A).  Dengan demikian hukum kontradiksi tetap bekerja, tidak lumpuh walaupun pada sesuatu yang disebut dengan "khilafiyah". 

Untuk menjaga kerukunan antara umat beragama, dan antar umat seagama yang beda mazhab, tentu satu sama lain tidak boleh untuk saling menyalahkan. Jangankan dengan seagama beda mazhab, yang beda agama sekalipun kita tidak boleh saling menyalahkan dalam arti berbantah-bantahan. Kita hormati teman-teman kita, walaupun mereka memiliki keyakinan yang kontradiksi dengan kita. 

Contoh 3 : 
Ada artikel yang berjudul : "Perdebatan Mengharukan antara Abu Bakar dengan Fatimah". Dalam kasus ini diungkapkan pertentangan pendapat antara Abu Bakar Shidiq r.a dengan Sayyidah Fatimah r.a tentang Tanah Fadaq. Walaupun kontradiksi, namun ada pihak yang tidak mau menyalahkan salah satunya. Menurut mereka, "Abu Bakar benar, karena beliau adalah sahabat nabi saw yang mulia dan dijamin masuk sorga. Fatimah pun benar, karena beliau adalah putri kesayangan nabi saw." orang-orang ini khawatir berdosa, apabila menyatakan pendapat Fatimah atau Abu Bakar sebagai pendapat yang salah. Padahal imam Ali memberi nasihat, “wahai Harits! Cara berpikirmu itu terbalik, bila engkau melihat sahabat secara lahiriahnya, maka engkau bingung menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Ketahuilah, bahwa kebenaran dan kebatilan itu tidak dapat dikenali dengan kepribadian orang, kenalilah kebenaran itu sendiri, sehingga engkau dapat mengenali juga orang-orangnya. Dan kenali juga kebatilan sehingga engkau dapat mengenali orang-orangnya.”

Kriteria benar-salah bukan karena dia sahabat atau putri nabi, tapi karena sesuai dengan parameternya. Karena itu, jika seseorang meyakini pendapat Sayyidah Fatimah benar, mestilah meyakini bahwa pendapat Abu Bakar salah. Dan sebaliknya. Tidak dapat mengklaim kedua-keduanya benar, kecuali karena gila atau bodoh atau adanya "Pelebur Kontradiksi", yaitu argumen yang menjelaskan bahwa bentuk-bentuk kontradiksi tersebut sejatinya tidak kontradiksi karena tidak terpenuhinya "Delapan Kesatuan Arti". Tanpa adanya Pelebur Kontradiksi, maka sama sekali tidak ada alasan untuk membenarkan dua keyakinan yang kontradiksi.
0

Salamatush Shadr adalah menghilangkan sifat iri, dengki, hasad, dan benci. Salamatush Shadr merupakan sebuah sifat dari sifat-sifat penghuni jannah. 

Allah Ta'ala berfirman yang artinya : "Dan orang-orang yg datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yg beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr : 10) 

Rasulullah bersabda, 'Manusia yang paling utama adalah mereka bersih hatinya lagi jujur lisannya.' Para sahabat bertanya, 'Adapun lisan yg jujur kami sudah mengenalnya, maka apakah yg dimaksud hati yg bersih?' Rasulullah menjawab, 'Yaitu yang bertakwa dan yang bersih; tidak berbuat dosa, aniaya, tidak mendendam, tidak pula mendengki." (HR. Ibnu Majah).

[Kitab Haakadzaa Kaana Ashshoolihuun : 47-48]

Itulah hati orang yang bersih. Namun tidak banyak orang yang menyandangnya karena sulitnya jiwa melepaskan dan merelakan hak untuk orang lain, tidak membalas perbuatan buruk dan kezholiman orang lain terhadap dirinya serta tidak mendengki kepada mereka. Sifat ini sangatlah langka dan jarang ditemui ditengah lautan manusia. Hanya orang yang bersabarlah yang dianugrahi sifat ini. Maka sebaiknya seorang muslim mentarbiyah jiwanya agar memiliki jiwa yang bersih dan batin yang jernih dimana sifat itu termasuk kedalam sifat-sifat penghuni jannah. 

Faktor-faktor yang Mendatangkan Salamatush Shodr 
  1. Ikhlas
    Berharap terhadap apa yg ada di sisi Allah dan berbuat zuhud terhadap dunia dan pernak-perniknya;

  2. Ridha terhadap yang diberikan Allah
    Ibnu Qoyyim berkata, "Sesungguhnya keridhoan itu akan membukakan pintu keselamatan dan menjadikan hatinya sehat, bersih dari kedengkian dan kerusakan. Seseorang tidak akan selamat dari adzab Allah melainkan mereka yg datang dengan hati yg bersih. Sebab tidak mungkin salamatush shadr itu bercampur dengan kebencian tanpa adanya keridhoan. Ketika seorang hamba memilki keridhoan yg kuat maka hatinya akan bersih. Maka barangsiapa yg mentadaburi kitab Allah, dia akan mengetahui apa-apa yg dijanjikan Allah bagi orang yg bersih hatinya Sungguh Allah telah mensifati para tabi'in dengan sifat yg baik sebagaimana disebutkan dalam doa mereka agar Allah tidak membiarkan kedengkian di dalam hati mereka terhadap orang-orang beriman."

  3. Membaca Al Qur'an dan Mentadaburinya
    Itu merupakan obat bagi setiap penyakit dan haram hukumnya bagi orang yang tidak mau berobat dengan kitab Allah, Allah berfirman, 

    قل هو للّذين ءامنواْ هدىوشقآ ءٌ
    "Katakanlah, 'Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin" (QS. Fushilat : 44)

  4. Mengingat Hari Perhitungan Amal dan Hari Pembalasan
    Barangsiapa yang meyakini bahwasanya ia akan dihisab dan dimintai pertanggung jawaban atas segala sesuatu yang ia lakukan, maka dunia akan menjadi hina atasnya, dan dia akan berlaku zuhud terhadap dunia dan segala kecantikannya, serta ia akan senantiasa melakukan hal-hal yang bermanfaat baginya di sisi Allah ta'ala.

  5. Banyak Berdoa kepada Allah
    Sudah selayaknya bagi kaum muslimin untuk senantiasa memperbanyak doa, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Allah berfirman, 

    والذين جآ ءومن بعدهم يقولون ربنااغفرلنا ولإخوننا الذين سبقو نا بالإيمن ولاتجعل فى قلو بنا غلا للذين ءامنواْربنآ إنك رءوفرحيم

    "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dn Anshar), mereka berdoa, 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkah Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Hasyr : 10)

[Kitab Hakadzaa Kaana Ash Ashoolihuun : 49-50]
0

Dhihar adalah menyerupakan istri atau sebagiannya dengan semua atau sebagian wanita yang haram atasnya selama lamanya, seperti mengatakan: “kamu atas aku adalah seperti ibuku...” atau “seperti punggung saudariku...” dan ucapan semacam itu. 

Jaman jahiliyyah bila seorang laki-laki marah kepada istrinya karena suatu hal terus dia berkata: (kamu atas aku adalah seperti punggung ibuku) maka si istri terthalaq darinya.

Kemudian tatkala datang Islam, ia menyelamatkan wanita dari kesulitan ini, dan ia menjelaskan bahwa dhihar adalah kemungkaran dari ucapan dan kebohongan, karena ia berdiri tanpa landasan, di mana istri itu bukan ibu sehingga menjadi haram seperti ibu, dan Islam menggugurkan hukum ini serta menjadikan dhihar sebagai hal yang mengharamkan istri sampai suaminya menunaikan kaffarat dhihar dari apa yang muncul darinya. 

Bila suami men-dhihar istrinya dan terus ingin menggaulinya maka haram atas dia menggaulinya sampai dia menunaikan kaffarat dhihar. 

🏷 Hukum dhihar

Dhihar Hukumnya haram, dan Allah telah mencela orang-orang yang melakukan dhihar dengan firman-Nya: 

الَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْكُمْ مِنْ نِسَائِهِمْ مَا هُنَّ أُمَّهَاتِهِمْ إِنْ أُمَّهَاتُهُمْ إِلا اللائِي وَلَدْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَيَقُولُونَ مُنْكَرًا مِنَ الْقَوْلِ وَزُورًا وَإِنَّ اللَّهَ لَعَفُوٌّ غَفُورٌ 

“Orang-orang yang mendhihar istrinya di antara kamu,(menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan Sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun”.(QS. Al-Mujadilah [58]: 2)

🏷 Bentuk-bentuk dhihar
  1. Dhihar yang langsung (munajjaz), seperti ucapannya: (Kamu atasku seperti punggung ibuku) 
  2. Dhihar Mu’allaq (yang digantungkan), seperti ucapannya: (Bila tiba Ramadlan maka kamu atasku seperti punggung ibuku). 
  3. Dhihar Mu-aqqat (yang sementara waktu) seperti ucapannya: (Kamu atasku seperti punggung ibuku di bulan Sya’ban umpamanya). Bila bulan Sya’ban itu habis dan dia tidak menggaulinya di waktu itu maka dhihar itu lenyap, dan bila dia menggaulinya di bulan Sya’ban maka dia wajib menunaikan kaffarat dhihar. 

Bila suami men-dhihar istrinya maka dia (harus) mengeluarkan kaffarat sebelum menggauli, dan bila dia menggaulinya sebelum menunaikan kaffarah maka dia dosa dan tetap harus menunaikan kaffarah. 

🏷 Kaffarah dhihar adalah wajib dengan urutan berikut: 
  1. Memerdekakan budak mu’min. 
  2. Bila tidak mendapatkan maka dia shaum dua bulan berturut-turut, dan berturut-turut ini tidak terputus dengan sebab berbuka di dua ied, haidl dan yang serupa itu. 
  3. Kemudian bila dia tidak mampu maka dia memberi makan enam puluh orang miskin dari makanan pokok daerahnya, setiap orang miskin setengah sha’ (1,20 kg) kurang lebih, dan bila dia menjamu makan siang atau makan malam orang-orang miskin itu maka cukup. 

Allah ta’ala berfirman:

وَالَّذِينَ يُظَاهِرُونَ مِنْ نِسَائِهِمْ ثُمَّ يَعُودُونَ لِمَا قَالُوا فَتَحْرِيرُ رَقَبَةٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا ذَلِكُمْ تُوعَظُونَ بِهِ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (3) فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَتَمَاسَّا فَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّينَ مِسْكِينًا ذَلِكَ لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Orang-orang yang mendhihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih”. (QS. Al-Mujadilah: 3-4)

Allah adalah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya di mana Dia menjadikan pemberian makan orang-orang faqir dan orang-orang miskin sebagai kaffarat dan penghapus dosa. Bila suami berkata kepada istrinya: Bila kamu pergi ke tempat anu maka kamu atas aku seperti punggung ibuku. Bila dia bermaksud mengharamkannya atas dirinya dengan hal itu maka dia itu telah men-dhihar (nya), dan dia tidak boleh mendekatinya sampai menunaikan kaffarat dhihar. Dan bila dia bermaksud mencegahnya dari perbuatan itu dengan ucapan tersebut dan tidak bermaksud mengharamkannya maka si istri tidak haram atasnya, dan dia wajib menunaikan kaffarat sumpah terus sumpahnya menjadi lepas. Bila dia men-dhihar istri-istrinya dengan satu ucapan maka wajib atasnya satu kaffarat, dan bila dia men-dhihar mereka dengan beberapa ucapan maka wajib atasnya satu kaffarat bagi setiap satu ucapan.
0

Salah satu manfaat mempelajari ilmu logika dapat mempermudah dalam menyampaikan suatu konsep pada orang lain, sehingga orang lain dapat memahaminya dengan mudah pula. Dengan demikian meminimalisir kesalah-fahaman. Tetapi, alih-alih menjadi mudah mengerti, terkadang bahasa logika terlihat lebih rumit dan menimbulkan lebih banyak kesalah-fahaman. Hal ini karena tidak selalu mudah untuk mengkonversi bahasa logika ke dalam bahasa sehari-hari yang sederhana, yang bisa dimengerti oleh mereka yang awam.  Sehingga muncul pertanyaan, sebenarnya apakah logika itu mempermudah atau memperumit teknis dalam menjelaskan suatu konsep ? Jawabannya adalah "tentu untuk mempermudah". Tetapi mengapa sebagian orang melihatnya seakan-akan logika mengubah bahasa yang sederhana menjadi lebih rumit ? 

Sebagai contoh, berikut ini pernyataan-pernyataan implikasi tentang gula pasir
----------------------
Tentu kita tidak menyangkal bahwa fungsi gula pasir adalah untuk pemanis makanan atau minuman. Agar kopi terasa manis, perlulah ditambahkan gula pasir. Jika setelah ditambahkan gula pasir ke dalam kopi, tetapi kopi belum terasa manis, itu bukan berarti fungsi gula pasir bukan sebagai pemanis makanan, akan tetapi bisa jadi takaran gula yang ditambahkan kurang banyak. 

Ada implikasi, "jika gula  pasir ditambahkan kepada kopi, maka kopi akan terasa manis". Tapi ternyata pernah terjadi  ; gula ditambahkan kepada kopi, tetapi kopi tidak terasa manis. Itu berarti implikasi tadi bernilai bernilai salah. Dengan demikian, implikasi yang benar adalah "Jika kopi ditambahkan kepada kopi dengan takaran yang cukup, maka pasti kopi akan terasa manis." Ini tidak berarti, jika kopi terasa manis, maka telah ditambahkan gula pasir kepadanya. Karena bisa saja, bukan gula pasir yang ditambahkan kepadanya, melainkan gula merah.

Seandainya, tidak pernah ditemukan kasus di mana gula pasir ditambahkan kepada makanan atau minuman, tetapi makanan dan minuman tersebut tidak menjadi manis rasanya, maka tidak dapat dikatakan bahwa gula pasir merupakan pemanis makanan. Tetapi jika benar, "jika gula pasir ditambahkan pada makanan dengan kadar yang cukup, maka makanan terasa manis", maka dapat dikatakan bahwa gula pasir merupakan pemanis makanan. 
=============== 

Bagi mereka yang telah mempelajari hukum-hukum implikasi, sangatlah mudah mencerna dan menafsir perkataan-perkataan tersebut. Tapi bagi mereka yang awam, pernyataan di atas akan tampak ruwet dan berbelit-belit. . 

Terlihat lebih rumit, karena tidak mengetahui cara bacanya. Jika mengetahui cara bacanya, maka terlihat lebih mudah.  Tetapi saat orang lain tidak dapat mencerna bahasa logika dengan mudah, maka tidak elok bila menyalahkan mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak bisa baca bahasa logika, melainkan lebih elok apabila hal itu diakui oleh diri kita sebagai ketidakmampuan dalam memberi penjelasan ke dalam bahasa yang mudah dan sederhana. Karena itu bahasa-bahasa logika yang tampak sangat rumit tadi, sebenarnya dapat diubah kepada bentuk bahasa sehari-hari yang sangat sederhana, akan tetapi menjadi sangat panjang dan memerlukan waktu lebih lama. 

"Logika itu menyederhanakan", bukan "memperumit". Tetapi, untuk dapat membaca ekpresi logika yang pendek dan sederhana itu, kita perlu sedikit belajar tentang aturan-aturannya. Segala pengetahuan itu ada hierarkinya, mulai dari yang sederhana hingga yang terumit. Kerumitan itu hanya masalah tahapan saja, bahwa bila suatu pengetahuan tampak rumit untuk difahami, berarti level pengetahuan tersebut tidak sesuai dengan tahap pengetahuan kita. Karena itu, apabila ada materi ilmu logika yang tampak rumit, itu jangan sampai menyalahkan diri sendiri, menyalahkan kapasitas otak ataupun usia, tetapi materi tersebut hanya belum disesuaikan dengan tahapan pengetahuan kita. Untuk membuatnya menjadi mudah, tentu harus ada upaya penyesuaian, baik dari diri sendiri maupun dari penyaji materinya. 

Jika semua pengetahuan memiliki sifat yang sama bahwa mereka memiliki hierarkinya masing-masing. Lalu, di mana peranan logika sebagai "ilmu yang mempermudah bahasa" ? Yaitu ketika teori-teori rumit tadi telah berhasil kita kuasai, maka selanjutnya kita akan memiliki keterampilan lebih dalam hal memahami bahasa, terutama bahasa itu sendiri. Setelah mempelajari ilmu logika, seorang logicer dapat memahami 100 pasal hanya dari satu kalimat. Tapi ini tidak berarti "selalu cepat mengerti" tentang apa yang dikatakan orang lain, melainkan dia mengetahui banyak hal yang harus diketahui dari apa yang telah dikatakan orang lain, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan. Artinya, untuk dapat bertanyapun dibutuhkan pengetahuan. Dan salah satu pengetahuan yang membuat kita dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan adalah ilmu logika. Adapun pertanyaan-pertanyaan itu diajukan dalam rangka penyelidikan untuk mengetahui lebih banyak tentang apa yang telah dikatakan orang lain. 

Gambarannya seperti yang terjadi dikelas, ketika guru berkata, "anak-anak, ada yang mau bertanya ?" tapi semua anak diam. Kalau ditanya mau, semuanya mau. Tapi kalau mereka tidak tahu, apa yang harus mereka tanyakan. Lalu kadang tak bertanya dianggap sudah mengerti. Padahal, bisa jadi tak bertanya itu sebenarnya juga karena tak mengerti apa maksud yang dikatakan orang lain, sekaligus tidak mengerti apa yang harus ditanyakan tentangnya.  Logika memberikan jalan keluar atas permasalahan ini. 
0

Agar logika hidup, harus ada perkembangan mental. Jika mental berkembang, maka logika hidup. Namun berkembangnya mental, tidak sama dengan berkembangnya pengetahuan. Karena ada orang yang pengetahuannya terus berkembang, namun mentalnya tidak berkembang, maka logikanya mati. Dengan demikian, hidupnya logika, bukan dengan berkembangnya pengetahuan, tapi dengan berkembangnya mental. 

Salah satu cara mengembangkan mental adalah dengan  mengawasi pikiran ketika dan sadar dan berpikir. Di sini berarti pikiran mengawasi dirinya sendiri. Dengan mengawasi jalannya pikiran itu, kita akan menyadari kesalahan-kesalahannya, sehingga di sini dapat disadari pentingnya peran logika dalam mencegah pikiran dari kekeliruan. Dalam upaya mencegah pikiran dari kekeliruan itu, maka pengetahuan berkembang. Bila sudah demikian, jelas perkakas logika akan berfungsi sebagaimana mestinya. 

Tanpa mengawasi pikiran, maka seringkali tanpa disadari pikiran ini membuat penalaran-penalaran yang keliru. Setiap waktu kita berpikir, serta membuat kesimpulan dari segala sesuatunya. Logika untuk pertama kalinya, mestilah berguna untuk memastikan bahwa penalaran-penalaran yang kita lakukan setiap saatnya tidaklah keliru. 

Jika setiap waktu kita berpikir dan membuat penelaran-penalaran, bagaimana bisa ada orang sampai kebingungan tentang bagaimana cara memanfaatkan logika dalam hidup sehari-harinya ? Anda dapat memulainya saat ini juga, melihat ke dalam pikiran Anda sendiri, apakah dia sedang memikirkan sesuatu atau merenungkan dirinya sendiri ? Ataukah ia tidak sedang memikirkan apapun ? Walaupun tidak sedang memikirkan apapun, pastilah dia dalam kondisi sadar, maka perhatikan kesadaran ini yang bergulir setiap waktu, menyadari hal-hal, sehingga objek-objek kesadaran muncul dan lenyap setiap waktu di dalam kesadaran Anda. Dengan terus menerus mengawasi ini, bukan hanya mental yang akan berkembang, melainkan juga pengetahuan. 

Sebagian orang tidak menyukai praktik "Mengawasi Pikiran" ini karena menganggapnya sebagai "Praktik Kecil" yang bertele-tele. Tapi praktik ini adalah jawaban dari pertanyaan "Bagaimana cara menghidupkan Logika ?"
0

SYAIR PERPISAHAN

مُوَدَّعْ مُوَدَّعْ يَا رَمَضَانْ و نَسْتَوْدِعُ اللهَ شَهْرَ الصّيَامْ

Selamat tinggal bulan Ramadhan 
Kami titipkan kembali bulan puasa ini kepada Engkau Ya Allah

صَلَاةٌ مِنَ اللهِ وَ أَزْكىَ السَّلاَمْ  عَلىَ الْمُصْطَفَى احْمَدْ شَفِيْعِ اْلأَناَمْ

Teriring shalawat dan salam yang paling indah kepada Nabi Al-Mustofa pemberi syafa'at bagi manusia

سَلاَمٌ سَلاَمٌ كَمِسْكِ الْخِتَامْ  عَلىَ شَهْرِ رَمْضَانَ شَهْرِ الصِّيَامْ

Selamat berpisah dengan perpisahan yang harum bagimu wahai Ramadhan bulan berpuasa

سَلاَمٌ عَلَيْكَ شْرَحْتَ الصُّدُوْرْ  وَ نَالَ بِكَ الصَّائِمُوْنَ الْمَرَامْ

Selamat berpisah wahai bulan yang telah melapangkan dada kami dan memberi segala cita-cita kami 

سَلاَمٌ يُضَاعَفُ فِي كُلِّ حِيْنْ  عَلَيْكَ مِنَ اللهِ بَارِي اْلأَنَامْ

Selamat berpisah wahai bulan yang waktunya berlipat ganda nilainya dari Allah

سَلاَمٌ عَلَيْكَ سَلاَمٌ عَلَيْكَ  مِنَ اللهِ يُمْلِي الْعَوَالِمْ دَوَامْ

Selamat berpisah juga dari Allah Penguasa Alam Semesta 

فَيَا سَابِلَ السَّتْرِ سَتْرًا جَمِيْلْ  وَ فَضْلًا جَزِيْلًا, وَ عَفْوًا دَوَامْ

Wahai Allah Yang Maha Menutupi, tutupilah kesalahan kami dengan kemuliaanMu, anugerahMu, dan ampunanMu

وَ وَفِّقْ وَ سَدِّدْ وَ هَبْنَا الْيَقِيْنْ  وَعَافِيَةً مِنْ جَمِيْعِ السِّقَامْ

Berilah kami taufik, perbaikilah amal kami, limpahkan kami keyakinan, serta kesehatan dari segala penyakit 

وَ مَا اعْطَيْتَهُ الصَّالِحِيْنَ اعْطِنَا فَنَحْنُ أَحَقُّ ضِعَافٌ لِئَامْ

Berikan kami seperti apa yang Engkau beri kepada hamba-hamba yang soleh, karena kami yang lemah ini sangat membutuhkannya 

وَ زِدْناَ اْلمَوَاهِبَ لاَ تَحْتَصِي مَعَ طُوْلِ عُمْرٍ وَ حُسْنِ الْخِتَامْ

Tambahkan kami pemberian yang tak terhingga, umur yang panjang, dan khusnul khatimah

وَغِثْ يَا مُغِيْثُ بِغَيْثِ الْقُلُوْبْ   وَغَيْثِ اْلجُدُوْبِ دَوَامً وَعَامْ

Ya Allah Yang Maha Pelindung, lindungi kami baik secara dzahir maupun secara bathin

وَ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلىَ خَيْرِمَنْ  بَعَثْتَ اِلىَ الْخَلْقِ هَادِ اْلأَنَامْ

Teriring shalawat dan salam kepada manusia terbaik yang memberi petunjuk kepada segenap mahluk 

مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفىَ الْمُجْتَبىَ شَفِيْعِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الزِّحَامْ

Yaitu Baginda Nabi Muhammad Al-Mustofa yang terpilih, pemberi syafa'at di hari kiamat

وَآلٍ وَصَحْبٍ كَذَا اْلأَنْبِياَءْ  وَأَتْبَعُهُمْ عَدَّ لَفْظِ اْلكَلاَمْ

Serta keluarga dan sahabat Nabi, pula segenap Nabi dan Rasul dan umatnya, shalawat dan salam sebanyak kata yang sanggup diucapkan manusia
0


Tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia secara resmi melarang kegiatan MOS yang dilakukan oleh pelajar, karena rawan terjadi aksi perploncoan maupun kekerasan yang dilakukan senior terhadap siswa baru. Sebagai gantinya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Permendikbud Nomor 18 Tahun 2016 yang berisi tentang tata cara pelaksanaan kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru yang menghilangkan stigma negatif tentang pelaksanaan masa orientasi siswa yang terjadi saat ini. Di dalam Permendikbud tersebut, tidak boleh lagi  diadakan  kegiatan  yang  berisi  atau  menjurus  kepada  perploncoan atau kegiatan lain yang merugikan peserta didik baru. Selanjutnya, yang bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan ini adalah kepala sekolah. Apabila ditemukan pelanggaran, maka sanksi yang diberikan kepada sekolah, mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor  18  Tahun  2016  tentang  Pengenalan  Lingkungan  Sekolah  dan peraturan perundang-undangan lainnya. Bahkan, apabila pelanggaran sangatlah berat, kepala sekolah terancam dibebas tugaskan dari jabatan dan siswa yang melakukan tindakan kekerasan mendapat sanksi dari sekolah.


Tujuan Kegiatan
  1. Mengenali potensi diri siswa baru;
  2. Membantu    siswa    beradaptasi    dengan    lingkungan    sekolah    dan sekitarnya, antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan sarana prasarana sekolah;
  3. Menumbuhkan  motivasi,  semangat, dan  cara  belajar  efektif  sebagai siswa baru;
  4. Mengembangkan  interaksi  positif  antar  siswa  dan  warga  sekolah lainnya;
  5. Menumbuhkan  perilaku  positif  antara  lain  kejujuran,  kemandirian, sikap  saling  menghargai,  menghormati  keanekaragaman  dan persatuan, kedisiplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan siswa yang memilki nilai integritas, etos kerja, dan semangat gotong royong; dan
  6. Membangun    Pendidikan    karakter    melalui    pemberian    wawasan kebangsaan dan bela Negara, anti radikalisme, bina disiplin, kenakalan remaja, anti narkoba, anti pornografi, anti pornoaksi, dan cyber crime serta tata tertib berlalu lintas.
Manfaat Kegiatan
  1. Memperkenalkan siswa pada lingkungan sekolah yang baru mereka masuki;
  2. Memperkenalkan   siswa   pada   seluruh   komponen   sekolah   beserta aturan, norma, budaya, dan tata tertib yang berlaku di dalamnya;
  3. Memperkenalkan siswa pada keorganisasian;
  4. Memperkenalkan  siswa  untuk  dapat  menyanyikan  lagu  hymne  dan mars sekolah;
  5. Memperkenalkan siswa pada seluruh kegiatan yang ada di sekolah baik bersifat akademik maupun non akademik;
  6. Mengarahkan  siswa  dalam  memilih  kegiatan  ekstrakurikuler  yang sesuai dengan bakat mereka;
  7. Menumbuhkembangkan  karakter  melalui  pemberian  wawasan kebangsaan dan bela Negara, anti radikalisme, bina disiplin, kenakalan remaja, anti narkoba, anti pornografi, anti pornoaksi, dan cyber crime serta tata tertib berlalu lintas;
  8. Menanamkan sikap mental, spiritual, budi pekerti yang baik, tanggung jawab, toleransi, dan berbagai nilai positif lain pada diri siswa sebagai implementasi penanaman konsep iman, ilmu, dan amal; dan
  9. Menanamkan berbagai wawasan dasar pada siswa sebelum memasuki kegiatan pembelajaran secara formal di kelas
0

Dengan memilah jenis informasinya kepada empat bentuk argumentum, judiciam, verecundiam, hominem dan ignoratium.  kita tidak dapat memastikan kebenaran informasi selain jenis judiciam. dan di dalam informasi-informasi yang penuh dengan vercundiam, ktia dapat membuat analisis logika, serta menguji validitasnya, sehingga melahirkan informasi-informasi judiciam yang kebenarannya terbantahkan.  kita dapat melakukan hal itu terhadap produk jurnalistiknya atau muatan informasi yang terkandung dalam produk tersebut. dengan kata lain, kita dapat mengalisis apakah seorang jurnalis yang melakukan kebohongan ataukah narasumber itu yang berbohong.

Misalnya, benarkah Amien Rais mengatakan bahwa "Allah malu bila tidak memenangkan Prabowo jadi Presiden" ? karena bisa jadi informasi tersebut hanya hoax. Karena itu, informasi tersebut hanya bisa dipastikan kebenarannya dengan cara bertanya langsung kepada Amien Rais. Tapi apabila tidak bisa bertanya langsung, maka abaikan saja dan fokus pada alasan, konsekuensi  kontradiksi yang muncul, serta validitas argumentasinya. itu berarti kita mengoleksi kebenaran-kebenaran argumentum ad judiciam yang bersifat mutlak.  

Seperti misalnya, "jika Allah malu karena tidak memenangkan Prabowo, karena telah didoakan oleh jutaan umat. maka konsekuensinya, semestinya Allah juga malu apabil tidak memenangkan Jokowi, karena Jokowi juga didoakan oleh jutaan umat." ini menyankut hukum implikasi.  jika A, maka B. bila ternyata ada A, tapi tidak B, berarti implikasi nya bernilai bohong. di sini kita dapat menyimpulkan secara pasti kebohongan dari sebuah pernyataan yang termuat produk jurnalistik tersebut, tapi bukan berarti produk juranlistik itu sendiri yang bohong.

Kalau soal apakah wartawannya bohong atau tidak, cukupkah hanya dengan ada atau tidaknya keberatan dari pihak yang dimuat dalam berita?

Misalnya wartawan A memberitakan bahwa tokoh B mengatakan bahwa si C terlibat korupsi. Lalu si B protes pada watawan A bahwa dia tidak merasa menyatakan hal tersebut. Seandainya si B tidak protes, padahal berita itu ada di mana² apakah artinya berita dari Wartawan itu bisa dianggap benar?

Tidak protes tidak berarti membenarkan. memprotes, tidak berarti sang jurnalis berbohong. 

Saya memiliki teman jurnalis, dia menginvestigasi kasus korupsi salah satu anggota DPRD. sebelum memuat berita tersebut, dia meminta klarifikasi soal kebenaran berita tersebut kepada pihak yang bersangkutan. tapi bukannya diklarifikasi, teman saya malah dikeroyok oleh para bodyguardnya dan mengancam supaya berita tersebut tidak dimuat. dia protes.  dia menuduh bahwa isi berita itu hanya fitnah. tapi bila fitnah, mengapa harus sampai melakukan tindakan kekerasan dan pengancaman. itu antara klarifikasi dan tindakannya tidak selaras.  berita itu kemudian dapat dimuat, tapi dengan prinsip keseimbangan informasi dan klarifkasi dari pihak bersangkutan, bahwa yang bersangkutan menyangkal kebenaran berita tersebut. tapi karena telah ada tindakan kekerasan, kemudian redaktur nya membawa persoalan tersebut ke jalur hukum. 

Dari kasus tersebut dan dari banyak kasus lainnya, kita dapat menyimpulkan bahwa protes belum tentu diklarifikasi. klarifikasi, belum tentu protes. tidak protes belum tentu membenarkan. protes bisa jadi hanya tidak setuju berita tentang dirinya atau pernyataannya dimuat. tapi kalau klarifikasi dia memberi informasi tentang kebenaran isi berita tersebut yang menyangkut dirinya.
0


Usai menempuh kegiatan belajar mengajar selama satu semester dan kegiatan penilaian akhir tahun. Sabtu [09/06/2018] pagi pukul 08.00 wib SMA Negeri 1 Bojonegoro mengadakan kegiatan Laporan Capaian Kompetensi (LCK) peserta didik tahun pelajaran 2017/2018 bertempat di aula SMA Negeri 1 Bojonegoro. 

Sebelum Laporan Capaian Kompetensi (LCK) peseta didik dibagikan kepada seluruh wali murid, terlebih dahulu sekolah dalam hal ini Kepala SMAN 1 Bojonegoro (Dra. Sri Setyowati, M.Pd) memberikan alih informasi kepada wali murid terkait program sekolah yang sudah dilaksanakan dengan baik selama satu tahun pelajaran 2017/2018, penyampaian informasi torehan prestasi-prestasi sekolah yang patut disyukuri dan dibanggakan mulai dari prestasi hasil ujian nasional kelas 12 yang mampu meraih predikat terbaik di provinsi Jawa Timur dan prestasi olympiade sains nasional beberapa siswa SMA Negeri 1 Bojonegoro akan ikut ajang kompetisi dalam seleksi olympiade sains tingkat nasional beserta torehan prestasi akademik dan non-akademik yang lain baik yang berjenjang maupun tidak berjenjang dari siswa/siswi yang sudah dicapai dalam ajang lomba dari tingkat kabupaten, provinsi hingga nasional.  

Pertemuan dengan wali murid di aula SMA Negeri 1 Bojonegoro


Usai memberikan alih informasi kepada selurh wali murid, dilanjutkan dengan pembagian Laporan Capaian Kompetensi (LCK) peserta didik. Dimana teknis pengambilan Laporan Capaian Kompetensi (LCK) nya, wali murid dapat mengambil di wali kelasnya masing-masing dengan ruangan yang sudah disiapkan. 

Berikut Beberapa Dokumentasi Pembagian Laporan Capaian Kompetensi (LCK) Peserta Didik Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018

Pembagian Laporan Capaian Kompetensi (LCK) Peserta Didik Tahun Pelajaran 2017/2018


0




















Belajar Ilmu Logika tidak cukup sekedar mengerti, tetapi juga perlu untuk "terampil". Dan ini membutuhkan latihan berulang-ulang. 

Salah satu yang perlu dilatih adalah keterampilan membaca ekspresi logika pada bahasa Kata, yaitu bahasa biasa yang tidak menggunakan variabel-variabel. Caranya adalah sebagai berikut :
  1. Tandai setiap kalimat yang berbeda dengan variabel yang berbeda
  2. Hati-hati dengan bentuk kalimat berbeda, bisa jadi makna nya sama. Seperti kalimat aktif dan pasif. Contohnya "Rahman menendang bola", itu sama maknanya dengan " Bola ditendang Rahman". Dengan demikian, dua kalimat yang berbeda tersebut harus ditandai dengan variabel yang sama. Selain kalimat aktif dan pasif, ada juga pembalikan dan pemutaran kalimat, di mana bentuknya beda, tapi maknanya sama, sehingga tetap harus menggunakan variabel yang sama.

    Bandingkan dengan kalimat berikut :

    Rahman Ingin mencium Santi
    Santi ingin dicium Rahman

    Itu adalah dua kalimat yang berbeda makna, bukan aktif dan pasif sehingga harus ditandai dengan dua variabel yang berbeda.
  3. Kalimat negatif berlawanan makna dengan kalimat positif. Variabel nya harus sama dengan variabel kalimat positifnya, hanya diberi tanda negasi. 
  4. Setelah semua kalimat ditandai dengan variabel, maka buatlah ekspresi logikanya. 
Contoh :
---------------------- 
Saya tidak tertarik membuat kajian logika politik (-A). Karena saya hanya tertarik menggunakan logika untuk menghadapi masalah-masalah saya sendiri (B). Sedangkan persoalan-persoalan politik bukanlah masalah saya (-C).

Akan tetapi orang lain tertarik pada kajian logika politik (D) dan tidak tertarik pada pembahasan masalah saya pribadi (-E). Karena menganggap kajian logika politik itu berguna (F) sedangkan pembahasan masalah pribadi saya dianggap tidak berguna (-G) atau menganggap bahwa masalah-masalah pribadi tidak pantas untuk diekspose (-H).

Tetapi pemabahasan masalah-masalah pribadi saya hanyalah sekedar contoh kasus tentang bagaimana teori-teori logika diterapkan (I) bukan semata mengekspose persoalan pribadi (-J). Sehingga, Jika orang tidak melihatnya sebagai contoh kasus logika (-K), maka - G atau - H. Sedsngkan 

Buatlah ekspresi logikanya :
(B n - C) -> - A
(D n - E) -> ( F n ( - G v - H)
(I n - J) - > ( k - > ( - G v H )
- k -> ( G v H)

Setelah itu buatlah kesimpulan dengan metoda penyederhanaan atau dengan tablo
0


Malam Nuzulul Qur'an tanggal 22 Ramadhan pada hari kamis [7/6/2018] malam di SMA Negeri 1 Bojonegoro telah diperingati oleh seluruh warga sekolah. Kegiatan ini terlaksana melalui program kerja OSIS sie- 1 (Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa) SMA Negeri 1 Bojonegoro.

Hadir pada peringatan malam Nuzulul Qur'an beliau ustadz Joko selaku penceramah dan pemberi tausiyah , ustadz Dwiki imam sholat maghrib, sholat isya', dan sholat tarawih, seluruh dewan guru, staff tata usaha, dan seluruh siswa siswi SMA Negeri 1 Bojonegoro.

Peringatan malam Nuzulul Qur'an di SMA Negeri 1 Bojonegoro yang pelaksanaanya dimulai sore hari pukul 15.30 wib ini di awali dengan kegiatan tadarus al qur'an bersama seluruh siswa/siswi di halaman sekolah. Usai kegiatan tadarus al qur'an, kegiatan dilanjutkan dengan pemberian tausiyah oleh ustadz Dwiki jelang menunggu persiapan waktu sholat maghrib. 

Acara buka bersama dimulai kurang lebih pukul 17.35 s.d selesai, selepas mendirikan sholat maghrib berjamaah. Sebelum acara peringatan Nuzulul Alquran dimulai diawali sholat isya dan sholat tarawih berjamaah. Untuk imam pelaksanaan sholat isya' dan tarawih pada peringatan malam Nuzulul Qur'an ini beliau ustadz Dwiki. Sedangkan selaku penceramah atau pemberi tausiyah pada peringatan malam Nuzulul Qur'an beliau Ustadz Joko dari Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro. Banyak nasihat yang beliau sampaikan di tausyiah malam Nuzulul Qur'an ini, diantarnya :
  1. Malam Lailatur Qadar sangat istimewa. Segala amal ibadah akan dilipatgandakan pahalanya seolah-olah ibadah selama seribu bulan. Oleh karena itu, perbanyak ibadah seperti shalat malam, tadarus, shalawat, shadaqah, dan i'tikaf.
  2. Manfaatkan momen Ramadhan ini dengan menjalankan ibadah semaksimal mungkin. Puasa saja selama Ramadhan itu termasuk "rugi" karena itu hanya menggugurkan kewajiban. Perbanyak ibadah sunnah agar lebih banyak pahala yang kita dapatkan.
  3. Sebagai umat Nabi Muhammad yang usianya rata-rata 60 tahun, kita diberi keistimewaan bisa mengumpulkan pahala ribuan tahun dengan adanya bulan suci Ramadhan, malam Lailatul Qadar, dan menjalin silaturrahim.
0


Di bulan suci ramadhan ini bulan yang didalamnya banyak keutamaan. Kembali bentuk "Peduli Alumni Untuk Almamater" salah seorang alumni SMAN 1 Bojonegoro angatan '84 (dr. Retno Hernik M, S.pA) berbagi rezeki memberikan santunan berupa bantuan pendidikan kepada 5 siswa SMA Negeri 1 Bojonegoro yang baru saja lulus di tahun ini. Bantuan pendidikan yang diberikan kepada 5 alumni yang kurang mampu dan berprestasi ini masing-masing menerima bantuan pendidikan sebesar Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah). Penyerahan bantuan pendidikan disaksikan langsung oleh beliau ibu Dra. Hj. Sri Setyowati, M.Pd (Kepala SMA Negeri 1 Bojonegoro). Semoga niat baik bantuan pendidikan bentuk "Peduli Alumni Untuk Almamater" ini, dicatat sebagai bentuk amalan ibadah di bulan suci Ramadhan dan mendapatkan balasan kebaikan  Aamin.

Berikut alumni  penerima bantuan pendidikan :

Andi Muchtar Machbub (Alumni Angkatan 2018 SMA Negeri 1 Bojonegoro)

Rara Fajrina Maharani (Alumni Angkatan 2018 SMA Negeri 1 Bojonegoro)

Melliyuma Miyoze (Alumni Angkatan 2018 SMA Negeri 1 Bojonegoro)

Suci C (Alumni Angkatan 2018 SMA Negeri 1 Bojonegoro)

Ferdi Wahyu Firmansyah (Alumni Angkatan 2018 SMA Negeri 1 Bojonegoro)
0

Sudah sampai mana tadarus kita ? Apakah telah bertemu Surat An-Nahl? Ternyata, dalam ayat 92 dari surat tersebut ada sebuah cerita tentang seorang perempuan di Mekkah yang pekerjaannya memintal benang.

Perempuan ini sedikit mengalami gangguan kejiwaan di masa lalu, sehingga perilakunya tidak masuk akal. Hasil rajutan yang ia pintal sepanjang siang akan dirombaknya kembali ketika malam. Begitulah setiap harinya. 

Padahal pekerjaan seorang perajin tenun itu bukan hal mudah. Sungguh butuh kesabaran sehingga ia mencapai hasil sejauh itu. Tinggal sedikit lagi ia menikmati rajutannya, tetapi justru ia menguraikan lagi.

وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.”

Ayat ini turun berhubungan dengan iklim politik saat itu. Bahwa sekelompok orang pekerjaannya membela kaum yang kuat, bukan yang benar. Sehingga ketika muncul kaum yang lebih kuat lagi, kelompok ini meninggalkan dukungan sebelumnya dan berganti haluan. Kutu loncat politik! 

Maka Allah menurunkan ayat ini agar kaum muslimin jangan meniru perbuatan mereka. Seorang muslim sejati hanya membela yang benar, bukan membela yang berkuasa. Begitulah asbabun nuzul ayat tersebut. 

Tetapi secara umum, ayat ini juga menggambarkan perbuatan orang yang sia-sia. Ayat ini teguran bagi orang yang sudah bersusah payah mencapai sesuatu, tetapi kemudian dirombaknya kembali pencapaian itu.

Misalnya perjuangan di bulan Ramadhan. Sungguh butuh kesabaran kita menghidupkan sepuluh hari pertama dan kedua sampai sejauh ini. Tinggal saatnya kita menikmati hasil tetapi kita justru meninggalkannya. 

Bukankah sepuluh hari ketiga dari Ramadhan adalah puncak dari anugerah Allah? Kenapa tidak dinikmati? 

Maka tidak salah kiranya, orang yang mengawali Ramadhan dengan penuh kesungguhan kemudian mengakhirinya dengan penuh kemalasan, laksana perempuan yang memintal benang kemudian diceraiberaikan kembali. 

Semoga Allah senantiasa menjaga semangat kita sehingga dapat menutup Ramadhan ini dengan akhir yang paling indah. Amiin
0

Pertanyaan ini bisa untuk menguji kadar Ramadhan pada diri kita. Jika saudara berani menanyakan hal ini pada diri kita, insya Allah baik juga. Pertanyaannya seperti ini, 

"Dalam sehari semalam, berapa banyak rutinitas kita yang berbeda antara bulan biasa dengan bulan Ramadhan?"

Ketika kita berani jujur kepada diri sendiri, ternyata tidak banyak. Bahkan sedikit sekali. Aktivitas pagi, tampaknya sama saja seperti sebelum Ramadhan. Kesibukan siang, juga tidak ada bedanya. 

Kegiatan sore, hanya berbeda sedikit saja. Dan istirahat malam, pun nyaris tidak ada perbedaan yang mencolok dalam rutinitas harian. 

Perbedaan yang paling jelas antara bulan biasa dengan bulan Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari, hanya ketika sahur, berbuka puasa, dan shalat tarawih. 

Kalau mau dijumlahkan, kesibukan yang berbeda itu ada pada setengah jam sebelum Subuh (makan sahur), setengah jam setelah Magrib (berbuka puasa), dan satu jam setelah Isya (shalat tarawih). Kurang lebih jumlahnya hanya dua jam. 

Artinya, hanya dua jam sehari kita merasakan Ramadhan! Sisanya yang 22 jam kita menjalani biasa-biasa saja layaknya bulan-bulan lain. Astagfirullah.  

Bukankah Allah menurunkan Ramadhan 24 jam sehari kepada kita semua? Mengapa di tangan kita menyusut drastis? Kemana sisa Ramadhan itu? Sebenarnya tidak kemana-mana. Sisa Ramadhan itu setia menunggu di hadapan kita. 

Menunggu untuk dimanfaatkan. Bukan untuk diabaikan. Masih ada 22 jam lagi Ramadhan dalam sehari yang harus kita perlakukan berbeda dibanding bulan biasa. Contohnya seperti apa? 

Misalnya bisa kita manfaatkan untuk menambah rakaat shalat Dhuha. Jika di bulan biasa hanya dua rakaat, maka di bulan Ramadhan harus ditambah. Begitu pula shalat sunnah yang lain. Kalau sama saja, lalu buat apa ada Ramadhan? 

Misal yang lain dapat kita gunakan untuk membaca Al-Quran selesai shalat fardhu. Sebab biasanya sesudah shalat langsung bangun dan pergi, maka di bulan Ramadhan ini waktunya perbanyak tilawah Al-Quran.

Kalau saja alokasi waktu untuk tilawah siang satu jam dan malam satu jam, berarti dalam sehari Ramadhan kita bertambah dua jam lagi. Betul kan? 

Begitulah seterusnya. Melalui pertanyaan sederhana seperti di atas, rupanya kita bisa menghitung secara jujur, sebenarnya Ramadhan kita berapa jam dalam sehari? Kalau sudah tahu, maka tunggu apa lagi, rebut kembali Ramadhan yang hilang dalam keseharian kita! 
0

Ilmu Logika adalah sintaksisme, yaitu ilmu yang mempelajari sintaks kalimat. Sintaksisme bukan hanya ilmu logika, namun ilmu logika adalah salah satunya. 

Objek kajian sintaksisme adalah sintak kalimat itu sendiri. Karena itu, pernyataan-pernyataan, argumentasi atau sebuah susun pikiran, apabila sintak kalimatnya sama, variabelnya sama, maka valid nya harus sama. 

Contohnya :

Setiap A adalah B
Setiap B adalah C
Jadi, Setiap A adalah C

Silahkan ganti variabel A, B, C dengan sembarang kata, maka itu validitas tiada beda. Misalnya :

A = Kuda
B = Sapi
C = Pohon

Sehingga menghasilkan kalimat :

Setiap Kuda adalah sapi
Setiap Sapi adalah pohon
Jadi, setiap Kuda adalah pohon

Susun pikiran ini sudah benar, argumentasinya Valid dan Konklusinya logis, walaupun nilai seluruh proposisinya adalah salah. 

Validitas argumen adalah berdasarkan sintak kalimatnya, bukan berdasarkan makna dari kata-katanya. Di sini, benar-benar harus dapat dibedakan antara Validitas Argumen dengan kebenaran argumen. 

Argumen adalah usaha akal untuk sampai pada keyakinan baru. Tentu saja, keyakinan yang ingin dicapai oleh setiap orang adalah keyakinan yang benar. Meyakini bahwa Validitas argumen merupakan hal yang berbeda dari kebenaran argumen merupakan keyakinan yang benar dan sebaliknya, menganggapnya ekuivalen merupakan keyakinan yang salah. Kesalahan dalam membedakan antara validitas dengan kebenaran berpotensi mengantarkan seseorang pada kesalahan kesalahan keyakinan yang lainnya. 

Tujuan dari mempelajari sintak logika adalah agar tidak terjerumus ke dalam keyakinan-keyakinan yang salah akibat kesalahan penalaran. Untuk sampai pada keyakinan yang benar dan terhindar dari keyakinan yang salah tersebut, ada dua jalannya. Pertama dengan validitas sintaks argumen dan kedua dengan kebenaran nilai proposisi pada argumentasi tersebut. 

Argumen bernilai benar maupun salah, tidak akan menimbulkan masalah, jika nilainya diketahui dan sintaknya Valid. Masalah akan terjadi ketika argumen tak Valid, walaupun nilai nilai proposisi pada argumentasi benar. Masalah juga akan terjadi pada argumentasi yang Valid, bila nilai kebenaran pada argumen tertukar, benar dianggap salah dan salah dianggap benar.

Contoh susun pikiran yang seluruh proposisinya bernilai benar, namun argumentasinya tak Valid :

Saya mencintai Ahlul Bayt 
Ahlul Bayt mencintai Nabi Muhammad SAW
Jadi, saya mencintai Nabi Muhammad SAW

Ketiga proposisi bernilai benar. 

Benar saya mencintai ahlul Bayt
Benar Ahlul Bayt mencintai Nabi Muhammad SAW
Benar saya mencintai Nabi Muhammad SAW

Namun, sintak argumentasi nya keliru, sehingga argumentasinya dinyatakan tak valid dan konklusinya tak logis. Apabila argumen yang demikian diterima sebagai argumen yang valid, maka akan menimbulkan masalah. Kenapa ? Karena polanya akan ditiru dan menimbulkan kesalahan. Contohnya :

Saya ingin menikahi Sinta
Sinta ingin menikahi Udin
Jadi, saya ingin menikahi Udin

Lha ... Kok jadi salah ? Bukankah polanya sama ?

Apabila Anda mengingkari kesamaan polanya dengan dalih "contohnya gak sama, karena Ahlul Bayt nabi saw itu gak bisa didamakan dengan Sinta," itu menunjukan bahwa Anda tidak memperhatikan sintak kalimatnya. 

Contoh Susun Pikiran yang seluruh proposisinya salah, tapi argumentasinya Valid, konklusinya logis 

Setiap Sandal adalah Kopiah
Setiap Kopiah adalah Celana
Jadi, Setiap Sandal adalah Celana

Tak ada masalah yang terjadi, walaupun seluruh proposisi bernilai salah, selama sintak argumentasinya benar dan kita tahu bahwa semua proposisi tersebut salah. Yang jadi masalah, bila tertukar nilai benar dan salah sehingga Anda meyakini bahwa memang benar "Setiap Sandal adalah Celana". 

Menggunakan logika itu fokus pada sintaknya. Prinsipnya, seandainya kita mengetahui kebenaran dari isi konklusi, maka kita akan menjadi tahu karena kebenaran sintaknya. Argumen yang benar dengan sintak yang benar pasti melahirkan konklusi yang berisi kebenaran pula. Argumen yang salah dengan sintak yang benar, pasti akan melahirkan konklusi yang salah. Tapi argumentasi baik yang benar maupun salah, pabila sintaknya sala
h, maka tidak dapat dipastikan apakah akan melahirkan kesimpulan yang benar ataukah tidak. Karena ketidak pastian ini, maka tidak dapat dijadikan pedoman, pegangan, hukum ataupun prinsip. Tetapi sintaksisme yang benar, dapat dijadikan pedoman karena melahirkan kepastian. 

Contoh susun pikiran yang argumentasinya salah, namun konklusinya benar.

Setiap Ayam adalah Kayu
Setiap Kayu adalah Hewan
Jadi, setiap Ayam adalah Hewan

Setiap Ayam adalah Hewan. Ini benar bukan ? Ya benar. Walaupun benar konklusinya, tapi kita harus menolaknya kebenaran argumentasinya. Bila kebenaran argumentasinya tertolak, maka konklusinya tidak dapat diakui sebagai kebenaran logis. Benar tapi tak logis, benar tapi tak valid.  Karena logisnya argumentasi yang salah mesti melahirkan kesimpulan yang salah pula.

Kita dapat menilai bahwa konklusi tersebut benar tapi tak valid, karena kita sudah mengetahui realitasnya. Tapi bila kita tidak mengetahuinya, maka kebenaran konklusinya harus ditolak baik dari nilai proposisinya maupun nilai konklusinya, yakni menilainya sebagai hal yang tak benar, sebagai konsekuensi dari argumentasi yang tak benar pula.

Anggap kita tak pernah tahu kebenaran dari isi kesimpulan. Kita hanya mengakui kebenaran isi kesimpulan apabila argumentasinya benar dan Valid, ini satu-satunya jalan untuk terhindar dari kekeliruan. Lagi pula sebenarnya fungsi logika itu adalah untuk mengantarkan kita pada suatu pengetahuan yang baru, yang sama sekali kita tidak tahu nilainya, apakah benar atau salah, dan kita hanya mengetahui kebenarannya dari kebenaran dan validitas argumentasinya, dari sintak kalimatnya.
0